Pages

31 Desember 2010

Hidup Itu mesti Punya Tujuan

Suatu hari ada seorang yang sedang berlayar di samudra yang luas. Ia hanya ingin berlayar dan menikmati indahnya angin laut. Dengan perahu yang memadai untuk berlayar, ia berusaha untuk menikmati hidup ini. Ia berlayar dan berlayar. Namun di tengah perjalanan kebosanan melanda dirinya. Ia pun mengubah tujuan pelayarannya. Tetapi ia tidak tahu apa yang menjadi tujuannya. Ia terus berlayar. Ia tidak perlu kuatir akan persediaan makanan yang dimilikinya. Ia punya banyak makanan.

Akhir dari pelayaran itu adalah ia terjebak oleh badai angin yang menerpa samudera dan perahunya. Ia terdampar di sebuah pantai. Perahunya tertancap di dalam pasir. Tidak bisa keluar. Tidak ada orang lain di pantai itu selain dirinya sendiri. Ia sendiri mesti menolong dirinya sendiri. Dengan sisa makanan yang ada, ia masih bisa bertahan selama satu bulan. Namun tinggal di pantai itu seorang diri selama sebulan tentu hanya menghabis-habiskan waktu.

Karena itu, orang itu mulai merancang hidupnya. Ia menyadari bahwa hidup tanpa tujuan itu tidak memiliki nilai apa-apa. Hidup yang memiliki tujuan itu akan memiliki nilai yang tinggi. Hidup semakin terarah. Tidak terombang-ambingkan oleh godaan dan tantangan yang menghadang.

Sahabat, coba Anda hidup tanpa suatu arah yang jelas, Anda akan menemukan fatamorgana-fatamorgana yang indah. Namun fatamorgana-fatamorgana itu hanyalah suatu kekosongan. Tidak memiliki makna yang mendalam bagi hidup Anda. Mengapa? Karena fatamorgana-fatamorgana itu hanyalah bayang-bayang hampa. Bukan kenyataan hidup. Hanya mimpi-mimpi.

Hidup tanpa tujuan yang jelas itu hanya mimpi-mimpi. Orang bermimpi menggenggam pulau, tetapi ketika dia membuka tangannya ternyata tidak ada. Kosong. Hidup tanpa tujuan yang pasti itu bagai orang yang berlayar tanpa tujuan. Orang hanya membiarkan perahunya dibawa oleh angin. Ia tidak mengendalikan perahunya. Ia membiarkan diri dihanyutkan oleh angin bersama perahunya.

Karena itu, orang mesti mengetahui arah untuk mencapai tujuan hidupnya. Untuk itu, orang memerlukan peta. Orang mesti berani memetakan tujuan hidupnya. Di dalam memetakan tujuan hidup itu, orang juga menemukan kekuatan dan kelemahan dirinya. Kekuatan digunakan untuk meraih tujuan hidupnya. Sedangkan kelemahan digunakan untuk memotivasi diri dalam mencapai tujuan yang diimpikan itu.

Dengan cara ini, orang dapat meraih mimpi-mimpi dalam hidupnya. Orang tidak perlu kuatir terhadap berbagai persoalan hidup yang dihadapinya. Mengapa? Karena tujuan hidupnya sudah jelas. Orang tinggal berusaha untuk meraih tujuan hidupnya.

Orang beriman merancang tujuan hidupnya bersama Tuhan. Orang beriman berjuang menggapai tujuan hidupnya di dalam dan bersama Tuhan. Mereka selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup mereka. Dengan demikian, mereka mengalami sukacita dan damai bersama Tuhan. Tuhan memberkati. **

Selamat Tahun Baru 2011



Frans de Sales, SCJ

http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.