Pages

08 Februari 2011

Belajar dari Ilmu Padi

Ada seorang gadis yang punya banyak talenta. Ia tampak ahli dan menguasai berbagai bidang. Misalnya, ia punya keahlian dalam bidang hitung-menghitung. Kalau ia dimintai bantuan untuk hal ini, pasti ia dapat kerjakan dengan baik dan teliti. Apa yang ia kerjakan pasti berhasil dengan baik. Atau ia juga bisa nyopir untuk perjalanan jauh. Ia tahan nyopir lima jam tanpa istirahat. Ia juga dapat memasak makanan yang enak dinikmati. Dan berbagai ketrampilan lain yang menjadi bagian dari dirinya.
Rata Penuh
Untuk semua talenta yang dimilikinya itu, ia sangat bersyukur. Ia yakin, semua talentanya merupakan tanggung jawab yang mesti dikembangkannya. Ia tidak membanggakan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Ia berkata, ”Saya mau belajar dari ilmu padi. Semakin berisi semakin merunduk.”

Dengan sikapnya seperti itu, gadis itu punya banyak sahabat. Setiap kali ia menolong mereka yang mengalami kesulitan, ia lakukan dengan sebaik-baiknya. Ia ingin membahagikan mereka. Ia tidak mau lakukan itu setengah-setengah. Namun setiap kali ia membantu sesamanya, ia mengajak mereka untuk bekerja bersamanya. Ia tidak hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.

Tentang hal ini, ia berkata, ”Saya punya keterbatasan. Saya bisa menjadi hebat berkat kerja sama dengan orang lain. Jadi kita tidak boleh bekerja sendiri-sendiri.”

Sahabat, manusia itu makhluk yang tidak sempurna. Manusia itu terbatas. Kita memiliki kelebihan-kelebihan, tetapi kita juga memiliki kekurangan-kekurangan. Karena itu, perbedaan-perbedaan yang kita miliki merupakan kekayaan yang dapat membantu kita untuk semakin bertumbuh dan berkembang.

Soalnya adalah banyak orang merasa diri sebagai makhluk yang bisa segala-galanya. Mereka memposisikan diri sebagai orang-orang yang ahli dalam segala hal. Akibatnya, mereka tidak memiliki ilmu padi. Mereka mendongakkan kepala, membusungkan dada, menyatakan diri sebagai orang-orang yang terhebat di dunia ini. Namun ketika mereka mesti masuk dalam dunia yang nyata, frustrasi demi frustrasi yang justru mereka temukan. Mereka mudah terpuruk, ketika godaan dan tantangan menimpa diri mereka. Mereka tidak mudah bertahan dalam badai yang menerjang.

Kisah gadis bertalenta tadi menjadi inspirasi bagi kita. Apa pun yang kita punya mesti kita kembangkan dengan sepenuh hati. Belajar untuk merendahkan diri menjadi suatu keutamaan yang mesti menjadi bagian dari hidup kita. Meski kita memiliki berbagai kemampuan dan talenta, kita mesti berjuang untuk setia mengembangkannya. Untuk apa? Untuk kesejahteraan diri kita dan sesama kita.

Situasi belajar terus-menerus mesti kita ciptakan. Mengapa? Karena ilmu pengetahuan selalu berkembang terus-menerus. Orang yang mau belajar terus-menerus itu orang yang membuka dirinya untuk hal-hal baru. Sedangkan orang yang berhenti belajar adalah orang yang cepat puas dengan apa yang dimilikinya. Orang seperti ini tertutup terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Mari kita terus-menerus belajar untuk memiliki keahlian atau ketrampilan yang berguna untuk kesejahteraan bersama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

610

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.