Pages

03 Februari 2011

Menggapai Hidup yang Bermakna Rata Penuh



Suatu hari seorang pembuat jam tangan bertanya kepada jam yang sedang dibuatnya, “Hai jam, apakah kamu sanggup berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama satu tahun?”

Mendengar pertanyaan itu, sang jam terperanjat. Ia berkata, “Mana sanggup saya?”

Tukang jam itu menatap jam itu sambil tersenyum. Lantas ia berkata, “Bagaimana kalau 86.400 kali dalam satu hari?”

Dengan penuh keraguan jam itu berkata, “Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang tipis-tipis seperti ini?”

Tukang jam itu tidak menyerah. Ia bertanya lagi, “Bagaimana kalau tiga ribu enam ratus kali dalam satu jam?”

Sang jam tetap meragukan kemampuannya. Dalam hati ia mengatakan ia tidak sanggup berdetak sebegitu banyak dalam satu jam. Namun dengan penuh kesabaran, sang tukang jam berkata, “Kalau begitu, sanggupkan kamu berdetak satu kali setiap detik?”

Pertanyaan itu langsung saja dijawab dengan penuh semangat oleh sang jam. Ia berkata, “Kalau berdetak setiap detik pasti saya sanggup!”

Tukang jam itu melanjutkan pembuatan jam itu. Setelah selesai, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu. Jam itu sungguh luar biasa. Ternyata satu tahun ia lewati. Ia mampu berdetak 31.104.000 kali. Ia pun siap untuk melanjutkan detik demi detik untuk tahun kedua.

Sahabat, sering manusia ragu atas kemampuan dirinya. Manusia ragu apakah ia dapat bekerja dengan baik. Ia ragu apakah ia mampu melewati masa-masa sulit hidupnya. Ketika krisis melanda dunia, banyak orang cemas. Apakah mereka mampu melewati hari-hari hidup ini? Ketika negeri ini dilanda krisis demi krisis, banyak orang kurang begitu percaya akan kemampuan mereka. Banyak orang pesimis tentang kemajuan hidupnya. Banyak orang kemudian memutuskan untuk memilih jalan pintas dengan mengakhiri hidup mereka secara tragis.

Sebenarnya kalau manusia mau menjalani hidup ini dengan penuh kesabaran, manusia akan menemukan jalan-jalan atau cara-cara untuk menghadapi krisis hidup ini. Untuk itu, orang butuh ketenangan batin. Orang butuh hati yang mantap dalam mengarungi kehidupan ini.

Karena itu, orang mesti berani mempercayakan hidupnya kepada Tuhan yang empunya hidup ini. Orang tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Orang mesti berani berserah diri kepada Tuhan. Dengan demikian, hidup ini semakin memiliki makna. Manusia semakin dikuatkan oleh rahmat Tuhan untuk menggapai kesuksesan dalam hidup ini.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar hidup kita memiliki makna yang dalam. Kita ingin agar kita tidak hidup seperti angin yang berlalu. Tidak tahu dari mana asalnya dan ke mana akan berakhir. Kita ingin agar hidup ini benar-benar bermakna. Mari kita tetap bertahan pada sikap penyerahan diri kita kepada Tuhan. Dengan demikian, kita akan menemukan kebahagiaan dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


606

2 komentar:

fay Qyu mengatakan...

jika hidup kita bagai sebuah jarum jam, maka tidak ada lagi keterpurukan yang melanda negri, sekarang bukan waktunya tuk terus merenungkan diri, tapi bagaimana kita memberi dan terus berlari...........

fay Qyu mengatakan...

bukan gambaran hidup yang buat kta bermakna,
tapi bagai mana kita mengaplikasikan gambar kita di dunia nyata.....

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.