Suatu hari Napoleon Bonaparte mengirim para insinyur untuk menyelidiki terusan St Bernard yang menakutkan tentaranya. Setelah para insinyur itu pulang, ia bertanya kepada mereka, “Apakah mungkin kalian melewati jalan itu?”
Dengan ragu-ragu, para insinyur itu menjawab, “Barangkali. Bukannya tidak mungkin.”
Sambil memandang para insinyur itu, dengan tegas Napolen berkata, “Tempuh saja jalan itu.”
Ia tidak menghiraukan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi oleh para tentarannya. Panglima Inggris dan Austria menertawakan keputusan Napoleon untuk menggerakkan tentara melintasi pegunungan Alpen itu. Mengapa? Karena tidak pernah ada orang yang bisa melintasi pengunungan Alpen dengan membawa 60.000 tentara. Apalagi dilengkapi dengan meriam-meriam besar, berpeti-peti peluru dan barang dalam jumlah besar.
Namun Napolen dapat melakukan tindakan yang mustahil itu. Tekad dan keberaniannya telah membantu Napoleon untuk menembus kesulitan demi kesulitan yang dihadapinya itu. Dia tidak pernah gentar menghadapi setiap rintangan. Ia berani mengambil kesempatan itu.
Sahabat, pernahkah Anda menghadapi berbagai tantangan untuk maju? Kalau pernah, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda merasa ngeri terhadap keputusan Anda untuk terus maju meski berbagai rintangan menghadang? Atau Anda merasa memiliki keyakinan yang tinggi bahwa Anda akan sukses?
Bagi Anda yang berani maju menghadapi tantangan dan berhasil, Anda akan mengalami sukacita yang luar biasa. Anda boleh merasakan kegetiran hidup. Namun setelah kegetiran itu Anda menemukan sukacita. Anda menemukan betapa indah hidup ini setelah melewati berbagai rintangan itu.
Namun bagi orang yang kecut hatinya, ia tidak akan pernah berhasil maju. Ia takut menghadapi rintangan. Ia tidak berani melewati rintangan itu. Karena itu, ia tetap berada di tempatnya. Tidak maju-maju. Mungkin ia menutup matanya, karena merasa ngeri terhadap rintangan-rintangan itu. Orang seperti ini memandang hidup ini secara pesimistis. Tidak ada optimisme dalam pikirannya. Yang ia pikirkan hanyalah tercebur ke dalam jurang rintangan itu. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana kalau sampai ia terpeleset dari rintangan itu.
Orang beriman adalah orang yang tidak pernah gentar menghadapi rintangan. Ia akan berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk dapat berhasil menembus rintangan itu. Orang beriman memiliki optimisme dalam hidupnya. Ia akan terus maju meretas hidup yang lebih baik. Orang seperti ini akan menemukan sukacita dan damai dalam hidupnya. Orang seperti ini biasanya tidak banyak menggerutu. Sebaliknya, ia bahagia menemukan kesuksesan di balik kesulitan-kesulitan hidupnya. Mari kita berjuang terus-menerus untuk meraih sukses dalam hidup kita. Kita buka hati kita lebar-lebar, agar Tuhan yang mahapengasih dan penyayang menyertai perjalanan hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
604
Dengan ragu-ragu, para insinyur itu menjawab, “Barangkali. Bukannya tidak mungkin.”
Sambil memandang para insinyur itu, dengan tegas Napolen berkata, “Tempuh saja jalan itu.”
Ia tidak menghiraukan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi oleh para tentarannya. Panglima Inggris dan Austria menertawakan keputusan Napoleon untuk menggerakkan tentara melintasi pegunungan Alpen itu. Mengapa? Karena tidak pernah ada orang yang bisa melintasi pengunungan Alpen dengan membawa 60.000 tentara. Apalagi dilengkapi dengan meriam-meriam besar, berpeti-peti peluru dan barang dalam jumlah besar.
Namun Napolen dapat melakukan tindakan yang mustahil itu. Tekad dan keberaniannya telah membantu Napoleon untuk menembus kesulitan demi kesulitan yang dihadapinya itu. Dia tidak pernah gentar menghadapi setiap rintangan. Ia berani mengambil kesempatan itu.
Sahabat, pernahkah Anda menghadapi berbagai tantangan untuk maju? Kalau pernah, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda merasa ngeri terhadap keputusan Anda untuk terus maju meski berbagai rintangan menghadang? Atau Anda merasa memiliki keyakinan yang tinggi bahwa Anda akan sukses?
Bagi Anda yang berani maju menghadapi tantangan dan berhasil, Anda akan mengalami sukacita yang luar biasa. Anda boleh merasakan kegetiran hidup. Namun setelah kegetiran itu Anda menemukan sukacita. Anda menemukan betapa indah hidup ini setelah melewati berbagai rintangan itu.
Namun bagi orang yang kecut hatinya, ia tidak akan pernah berhasil maju. Ia takut menghadapi rintangan. Ia tidak berani melewati rintangan itu. Karena itu, ia tetap berada di tempatnya. Tidak maju-maju. Mungkin ia menutup matanya, karena merasa ngeri terhadap rintangan-rintangan itu. Orang seperti ini memandang hidup ini secara pesimistis. Tidak ada optimisme dalam pikirannya. Yang ia pikirkan hanyalah tercebur ke dalam jurang rintangan itu. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana kalau sampai ia terpeleset dari rintangan itu.
Orang beriman adalah orang yang tidak pernah gentar menghadapi rintangan. Ia akan berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk dapat berhasil menembus rintangan itu. Orang beriman memiliki optimisme dalam hidupnya. Ia akan terus maju meretas hidup yang lebih baik. Orang seperti ini akan menemukan sukacita dan damai dalam hidupnya. Orang seperti ini biasanya tidak banyak menggerutu. Sebaliknya, ia bahagia menemukan kesuksesan di balik kesulitan-kesulitan hidupnya. Mari kita berjuang terus-menerus untuk meraih sukses dalam hidup kita. Kita buka hati kita lebar-lebar, agar Tuhan yang mahapengasih dan penyayang menyertai perjalanan hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
604
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.