Pages

16 Februari 2011

Memiliki Pikiran Yang Sehat dan Benar


Suatu hari seorang nenek mendengar seorang cucunya sedang mengumpat-umpat temannya melalui telepon. Cucunya itu berkata, ”Setan, kamu. Sudah saya bilang tidak boleh menyindir saya, kamu nekad.”

Mendengar umpatan itu, sang nenek berkata, ”Jangan sebut-sebut nama setan. Nanti bisa terjadi sungguhan, baru tahu kamu!”

Sang cucu tidak menggubris kata-kata neneknya. Malahan ia semakin menjadi-jadi mengumpat temannya itu. Ia berteriak-teriak seolah-olah ada maling yang sedang mencuri di rumahnya. Beberapa saat kemudian sang nenek menghardik cucunya. ”Kalau nanti setan itu sungguh-sungguh datang ke sini, kamu yang tanggung jawab. Nenek tidak mau reprot-repot mengusir setan itu.”

Benar. Keesokan harinya, setan itu benar-benar datang. Ia masuk ke dalam tubuh anak itu. Ia merasukinya selama setengah hari. Anak itu meronta-ronta. Ia berbicara tidak karuan. Sang nenek hanya bisa menyaksikan sang cucu yang sedang bergulat dengan setan. Untung, setang itu tidak merenggut nyawanya.

Setelah setan itu pergi, sang cucu mulai sadar. Ia tidak seharusnya mengumpat-umpat temannya dengan kata-kata setan dan kata-kata kotor yang lain. Ia pun meminta maaf kepada sang nenek.

Sahabat, dari kisah tadi kita dapat belajar bahwa pikiran yang kurang baik akan membuat suasana hidup kita kurang baik. Orang yang pikirannya dipenuhi oleh hal-hal yang negatif akan menemui hal-hal yang negatif pula dalam hidupnya. Mengapa? Karena pikiran yang negatif itu cenderung untuk dihayati dalam hidup sehari-hari. Orang yang berkata-kata kasar terhadap sesamanya sering muncul dari pikirannya yang kasar atau negatif tentang sesamanya.

Semakin banyak orang memiliki pikiran yang negatif atau kurang baik tentang sesamanya, orang akan terus-menerus menghidupinya. Perbuatan orang itu mengikuti apa yang ada dalam pikirannya. Hal ini sangat berbahaya, karena orang akan melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dirinya sendiri. Orang tidak peduli terhadap orang-orang lain yang ada di sekitarnya.

Akibatnya, relasi antar sesama menjadi tidak harmonis. Hidup yang semestinya diwarnai oleh susana damai menjadi kacau balau. Masing-masing orang akhirnya berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing orang mengandalkan kemauan dirinya sendiri. Kehendak diri sendiri diutamakan dalam membangun kehidupan. Situasi seperti ini cepat atau lambat akan menghambat kehidupan bersama.

Sebagai orang beriman, kita mesti membangun pikiran yang baik tentang sesama dan hidup ini. Dengan pikiran yang baik itu, kita memberikan image atau gambaran yang baik tentang sesama kita. Memang tidak mudah menciptakan gambaran yang baik tentang sesama kita. Banyak orang mudah tergoda untuk memberikan gambaran yang kurang baik tentang sesamanya.

Mari kita berusaha untuk terus-menerus memiliki pikiran yang tentang sesama kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi suatu arena untuk membangun relasi yang baik dengan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

616

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.