Pages

23 Februari 2011

Memiliki Hati Baru yang Mudah Tergerak


Suatu hari seorang anak diajak oleh ibunya untuk berbelanja, karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Anak itu sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain. Ia bukan orang yang sabar. Tetapi ia berangkat juga ke pusat perbelanjaan.

Mereka mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita. Sang ibu mencoba gaun demi gaun, tetapi mengembalikan semuanya. Mereka pun mulai lelah. Sang ibu mulai frustasi. Akhirnya, pada toko terakhir sang ibu mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya.

Sang anak yang tidak sabar itu ikut masuk dan berdiri bersama ibunya dalam ruang ganti pakaian. Ia melihat bagaimana ibunya mencoba pakaian tersebut. Dengan susah payah ibunya mencoba untuk mengikat talinya. Ternyata, tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi. Dia tidak dapat melakukannya. Sang yang tidak sabar itu akhirnya jatuh kasihan terhadap sang ibu. Ia pun mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah. Sang ibu pun memutuskan untuk membelinya.

Anak itu berkata dalam hati, “Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya.”

Suatu sore, anak itu pergi ke kamar ibunya. Ia meraih tangan sang ibu dan menciumnya. “Kedua tangan ibu ini adalah tangan-tangan yang paling indah di dunia ini. Terima kasih, ibu.”

Sahabat, kita sering kali mengukur kemampuan orang lain dari kemampuan diri kita sendiri. Kita sering kurang peduli terhadap kekurangan dan keterbatasan orang lain. Yang kita kehendaki adalah orang lain juga seperti kita. Kuat seperti kita ketika menghadapi berbagai persoalan hidup. Kita mau supaya orang lain tegar dan punya pendirian yang kuat seperti kita. Padahal tidak semua orang memiliki kekuatan seperti kita.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa kepekaan kita terhadap situasi hidup orang lain akan memampukan kita mudah memahami kondisi orang lain. Tetapi kita tidak hanya berhenti pada pemahaman akan kondisi sesama kita. Yang dibutuhkan adalah kita memiliki hati yang baru. Hati yang baru itu hati yang mudah tergerak oleh belas kasihan. Hati yang mau membantu sesamanya yang sedang sakit dan menderita.

Hati yang baru seperti ini hati mampu memberikan semangat hidup dan kesembuhan bagi sesama yang menderita. Karena itu, orang beriman mesti senantiasa memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan sesama. Orang beriman itu tidak membiarkan sesamanya berlarut-larut dalam penderitaan. Tetapi orang yang mudah tanggap terhadap situasi hidup sesamanya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

621

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.