Ketika terjadi kekacauan dalam hidup Anda dan masyarakat di mana Anda hidup, apa yang akan Anda lakukan? Anda biarkan begitu saja? Atau Anda berusaha membangun suatu keselarasan dalam hidup bersama?
Pada awal kariernya, Dannecker, seorang pemahat dari Prancis, terkenal karena karyanya yang menampilkan Ariadne dan dewi-dewi Yunani lainnya. Suatu kali ia tedorong untuk mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk menghasilkan sebuah adikarya. Ia bertekad untuk mengukir sosok Yesus.
Dua kali usahanya gagal sebelum akhirnya ia mengukir sebuah patung Yesus yang sangat indah. Karyanya begitu indah dan agung, sehingga setiap orang yang memandangnya begitu mengagumi dan mencintainya.
Suatu ketika, ia menerima undangan dari Napoleon Bonaparte, seorang penguasa yang sangat terkenal waktu itu. Kata Napoleon, “Datanglah ke Paris. Tolong ukirkan bagi saya patung Venus untuk ditempatkan di Louvrre.”
Tetapi Dannecker menolak. Bukan karena gengsi. Tetapi ia menyadari bahwa ia tidak bisa melakukan sekaligus dua hal yang berlawanan. Ia berkata, “Tuan, tangan yang pernah memahat Yesus ini tidak akan dapat lagi memahat dewi kafir.”
Bonaparte sangat kagum mendengar kata-kata Dannecker. Suatu sikap yang sangat mengagumkan dari seorang seniman yang sering mengejar setoran. Lebih baik ia tidak mendapatkan penghargaan daripada harus kehilangan hal yang sangat berharga yang telah ia temukan.
Sahabat, kita hidup dalam dunia yang berwajah ragam. Di satu sisi, kita dituntut untuk berbakti kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari. Tetapi di sisi lain, kita berhadapan dengan hal-hal yang mencoba untuk mengaburkan iman kita.
Misalnya, banyak orang beribadat begitu khusyuk kepada Tuhan, tetapi dalam hidup sehari-hari mereka tidak menunjukkan iman yang mendalam kepada Tuhan. Tingkah laku mereka tidak sesuai dengan ajaran kebaikan dan kasih dari agama yang mereka anut. Terjadi suatu pemisahan yang mendalam antara ibadat yang meriah dengan hidup yang nyata.
Tentu saja situasi seperti ini tidak dikehendaki oleh Tuhan dan setiap agama. Hidup ini semestinya menjadi perpanjangan dari ibadat atau doa yang disampaikan kepada Tuhan. Kalau orang berdoa agar orang lain bersikap adil terhadapnya, ia mesti juga belajar untuk bersikap adil. Bukannya dalam hidup sehari-hari menindas sesama.
Karena itu, orang beriman itu mesti selalu waspada dan berefleksi diri terus-menerus. Apakah apa yang dilakukannya itu sesuatu yang sesuai dengan iman yang dianutnya atau tidak? Mana yang mesti didahulukan dalam hidup: hukum yang keras yang tidak mengindahkan cinta kasih atau cinta kasih yang membawa kebahagiaan bagi banyak orang?
Sebagai orang beriman, kita ingin agar apa yang kita lakukan itu sesuai dengan apa yang kita ucapkan dalam doa-doa maupun dalam ibadat kita. Orang beriman yang baik itu orang yang selalu hidup secara selaras antara yang dilakukan dan yang didoakan dengan khusyuk dalam ibadat.
Mari kita berusaha untuk selalu hidup dalam keselarasan antara dua hal ini. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang-orang yang berkenan kepada Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO
999
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.