Apa yang akan Anda lakukan, andaikan Anda menjumpai diri Anda punya keterbatasan-keterbatasan? Anda tenggelam di dalamnya? Atau Anda mau bangkit untuk menggunakan kelebihan-kelebihan yang lain dari diri Anda?
Pria berusia 23 tahun itu tampak semangat memainkan piano. Ia memainkan tuts-tuts piano dengan lincah. Permainannya begitu memukau penonton dalam acara China’s Got Talent di Shanghai Grand Theatre. Lagu yang ia bawakan juga tidak main-main. Malam itu, ia memainkan karya klasik milik pianis ternama asal Prancis bernama Richard Clayderman. Lagu tersebut berjudul Mariage D’amour.
Hal yang semakin mengagumkan dan mengherankan ribuan penonton adalah Liu Wei memainkan lagu sulit itu dengan dua jempol kakinya. Kok bisa? Hal ini ia lakukan karena ia tidak punya tangan. Namun keterbatasan fisik itu tidak memadamkan semangat Liu Wei untuk tampil memukau. Ia ingin meraih impiannya menjadi pianis terbaik di negerinya.
Liu kehilangan dua lengannya dalam sebuah insiden saat dirinya berumur 10 tahun. Dalam insiden itu, Liu menyentuh kabel listrik bertegangan tinggi saat sedang bermain petak-umpet bersama teman-temannya. Ia langsung jatuh pingsan. Setelah melewati masa kritis 45 hari, Liu sadar kedua lengannya telah hilang. Kedua lengannya telah diamputasi. Ia menangis sedih. Mimpi untuk menjadi musisi profesional dan produser musik ternama pun seolah-olah sirna.
Orangtua adalah pihak pertama yang menyadarkannya. Mereka bilang, Liu harus segera bangkit dan melanjutkan hidup. Saat itu, mereka bisa membantu semua keperluan Liu.
“Kamu tidak berbeda dengan orang lain. Kamu hanya menggunakan kakimu sebagai pengganti lengan,” kata ibunya.
Usai memainkan piano dalam acara China’s Got Talent itu, seluruh juri dan para penonton memberikan standing ovation bagi Liu. Dia pun dinyatakan maju ke babak selanjutnya. Di akhir dari rangkaian acara ini, Liu dinyatakan sebagai pemenang China’s Got Talent.
Sahabat, banyak orang merasa diri kurang mampu dalam hidup. Mengapa? Karena berbagai keterbatasan yang mereka miliki. Keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun psikis, itu seolah-olah membelenggu manusia. Akibatnya, manusia menjadi pasif. Mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lebih besar untuk diri mereka sendiri. Tentu saja pandangan seperti ini tidaklah benar.
Kisah Liu Wei menjadi salah satu contoh bagi kita semua. Liu Wei kehilangan kedua tangannya saat berusia 10 tahun. Hal ini tentu saja membuat hatinya sedih. Cita-citanya untuk sementara mandeg. Namun hal ini tidak membuat Liu Wei tenggelam dalam kepedihan yang terus-menerus. Ia mesti bangkit untuk menatap hidupnya dengan lebih baik. Karena itu, dia berlatih untuk mengasah ketrampilannya. Ia menggunakan apa yang dimilikinya untuk meraih cita-citanya. Ia berhasil!
Ketika orang berani keluar dari kekurangan-kekurangannya, orang akan menemukan suatu sukses dalam hidupnya. Orang tidak perlu terlalu lama meratapi keadaannya yang terbatas itu. Kisah Liu Wei memberi kita inspirasi untuk tetap berjuang dalam hidup ini. Ada banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri kita. Namun semua itu mesti menjadi motivasi bagi kita untuk terus-menerus berjuang. Tidak ada kata menyerah bagi orang yang mau berusaha.
Kita semua telah diberi talenta-talenta oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Talenta-talenta itu mesti kita gunakan untuk memacu diri kita meraih cita-cita yang telah kita canangkan. Kita tidak hanya menunggu durian runtuh. Tetapi kita mesti mengambil inisiatif untuk mengembangkan diri kita.
Untuk itu, dibutuhkan kreativitas dalam mengelola talenta-talenta yang kita miliki. Hasilnya toh lebih banyak kita gunakan untuk kemajuan diri kita sendiri. Mari kita tumbuhkembangkan talenta-talenta yang ada pada diri kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin berguna bagi diri dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
987
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.