Pages

27 November 2013

Siap Sedia dalam Hidup Bersama

 

Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda menyaksikan keadaan yang tidak berkembang menjadi lebih baik di sekitar Anda? Anda kesal dan meninggalkan tempat di mana Anda tinggal? Atau Anda mencoba untuk memajukan lingkungan Anda?

Ada seorang pemuda yang kuliah di kota mengambil gelar Ir (insinyur) pertanian. Ia berharap nanti kalau sudah selesai diwisuda akan kembali ke kampung halaman. Ia ingin membangun desanya. Ia tidak mau melihat desanya selalu tertinggal. Karena itu, ia punya tekad membaja untuk menuntut ilmu di kota dan kembali membangun desanya.

Tentu saja, teman-temannya menertawakan harapan pemuda itu. Teman-temannya berkata, “Jika akan sukses, seseorang harus bekerja di kantor, memakai dasi serta berpakaian rapi. Jadi nanti ia akan kembali ke kampung dan menjadi petani seperti orang-orang yang tidak berpendidikan. Kapan kayanya?”

Kata-kata teman-temannya itu tidak menjadi penghalang baginya untuk belajar di kota. Justru kata-kata itu menjadi rangsangan bagi dirinya untuk belajar keras. Ia belajar dengan tekun dan membuat riset-riset yang cemerlang dalam bidang pertanian. Ia melakukan praktek-praktek yang akan ia gunakan untuk mengembangkan desanya melalui bidang pertanian.

Begitu lulus, Pemuda itu kembali ke kampungnya. Dengan bekal ilmu pengetahuannya, dia bekerja sebagai petani. Beberapa tahun kemudian pekerjaan pemuda itu menunjukkan hasil. Banyak orang di kampungnya belajar dari cara kerja insinyur muda itu. Mereka semua berhasil. Mereka kemudian bekerja sama lalu mendirikan koperasi usaha tani yang kepemimpinannya diserahkan kepadanya.

Ia mendapat kehormatan bukan karena melakukan pekerjaan yang dicari-cari orang. Malahan sebaliknya. Pekerjaan yang dimulainya adalah pekerjaan yang dianggap tidak layak. Pekerjaan yang semua temannya anggap amat tidak pantas.

Sahabat, sering banyak orang mencari kehormatan diri tidak dengan kerja keras. Mereka merasa bahwa dengan bermalas-malasan mereka dapat meraih cita-cita yang tinggi. Tentu saja pandangan seperti ini keliru. Orang tidak bisa hanya bermalas-malasan dalam hidup ini. Orang mesti berani bekerja keras demi meraih hidup yang lebih baik.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk memandang hidup ini tidak sebagai suatu kesempatan untuk bersenang-senang saja. Hidup ini punya tujuan yang mesti diraih. Tujuan hidup manusia adalah mengalami hidup yang bahagia dan damai bersama orang-orang di sekitar kita. Kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri. Kita juga hidup bagi orang lain. Karena itu, ketika kita melakukan suatu pekerjaan, kita juga mengembangkan hidup orang lain.

Untuk itu, dibutuhkan suatu sikap siap sedia untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar bagi kehidupan bersama. Dalam sikap siap sedia itu, orang juga punya kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan lingkungannya. Pemuda dalam kisah di atas tanggap terhadap kebutuhan kampungnya. Penduduk kampung membutuhkan suatu sistim pertanian yang lebih baik dan modern. Ia punya keahlian yang bisa membantu masyarakat untuk semakin maju dalam dunia pertanian.

Orang beriman mesti siap sedia untuk mengubah hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Orang beriman mesti berani mengorbankan hidupnya bagi kemajuan bersama. Mari kita siapkan seluruh jiwa dan raga kita untuk memajukan hidup bersama. Dengan demikian, kita menemukan hidup yang lebih damai dan tenteram. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


991

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.