Pages

18 November 2013

Memaknai Penderitaan dalam Hidup Nyata

Pernahkah Anda mengalami kesedihan yang sangat mendalam? Saya rasa setiap orang pernah mengalaminya. Soalnya, apakah Anda terpaku menyerah pada kesedihan itu? Atau Anda bangkit untuk memaknai kesedihan itu?

Ada seorang ibu yang mengalami kesedihan yang amat mendalam. Orang yang paling dekat dengannya, yaitu sang suami, telah pergi untuk selamanya. Dia mesti berjuang sendirian membesarkan anak-anaknya. Lantas ia pergi ke seorang tua yang bijaksana. Dia meminta nasihat bagaimana mengatasi kesedihannya yang amat mendalam itu.

Melihat ibu yang muram itu, orang tua itu pun berkata, “Saya dapat menolongmu. Tetapi engkau harus terlebih dahulu menyerahkan biji-bijian kepada saya.” Kata orang bijak itu sekali lagi, “Tetapi syaratnya, biji-bijian itu harus engkau dapatkan dari rumah orang yang tidak pernah mengalami kesusahan sama sekali!”

Mata ibu itu terbelalak. Ia berpikir, nasihat itu sangat mudah. Karena itu, dengan penuh semangat ibu itu mulai mencari biji-bijian. Namun, setiap mengunjungi sebuah rumah, ia selalu bertemu dengan orang-orang yang bermasalah. Ia menjadi lemas. “Kok tidak ada seorang pun di dunia ini yang bersih dari masalah?” ia bertanya dalam hatinya.

Akhirnya ia kembali kepada orang tua bijak itu, tanpa membawa satu biji pun. “Alangkah piciknya saya ini! Ternyata kesusahan bisa menimpa siapa saja,” ia berkata kepada orang bijak itu.

Orang tua yang bijak itu pun berkata, “Bagus sekali, engkau telah mendapatkan pelajaran berharga. Karena engkau juga mengalami kesusahan, maka engkau dapat bersimpati dan menghibur mereka. Nah, dengan memberikan penghiburan kepada orang lain, maka kesusahanmu sendiri akan semakin berkurang.”

Sahabat, sering banyak orang merasa bahwa hanya diri mereka yang mengalami penderitaan dalam hidup ini. Orang lain mengalami hidup yang indah dan baik-baik, tetapi diri mereka selalu mengalami duka nestapa. Akibatnya, banyak orang menjadi stress menghadapi hidup ini. Mereka tidak tahu harus buat apa.

Kisah imajinatif di atas mau menyadarkan kita bahwa kita masing-masing memiliki duka dan derita dalam hidup ini. Duka yang kita alami tentu tidak sama dengan duka yang dialami oleh orang lain. Ibu itu merasa hanya dirinya sendiri yang sedang menderita. Orang lain tidak mengalami penderitaan seperti dia alami. Ternyata tidak. Setiap orang punya kesusahannya sendiri.

Bagi kita, yang penting dalam hidup ini adalah kita memaknai arti penderitaan itu. Tidak semua penderitaan membawa kehancuran bagi diri kita. Setiap kali kita mengalami penderitaan, kita mesti berusaha untuk menemukan makna di balik penderitaan itu. Tentu saja Tuhan tidak ingin kita binasa melalui penderitaan itu. Tuhan ingin agar kita semakin mengimani dirinya.

Karena itu, dalam duka dan derita itu kita diajak untuk mencari dan menemukan makna yang terdalam dari penderitaan itu. Penderitaan membuat kita kuat dalam iman. Mengapa? Karena kita berani menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, Sang Pencipta kita. Mari kita berusaha sekuat tenaga untuk berserah diri kepada Tuhan. Kita andalkan Tuhan dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


982

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.