Apa yang akan Anda lakukan ketika kesedihan dan penderitaan menimpa diri Anda? Anda tenggelam dalam situasi itu terus-menerus? Atau Anda mau bangkit dari situasi seperti ini untuk menatap hidup yang lebih baik?
Suatu hari, ada seorang pemuda meninggal dunia. Ia menderita leukemia, tetapi tidak pernah ada yang tahu. Ia meninggal secara tiba-tiba. Beberapa hari sebelumnya, ia baru saja melamar gadis pujaannya. Rencananya, tiga bulan kemudian mereka akan menikah. Tragis, pemuda itu begitu cepat meninggal dunia.
Kepergiannya untuk selama-lamanya itu meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi orang-orang dekatnya. Orangtuanya begitu sedih menyaksikan peristiwa itu. Sang pacar pun mengalami duka yang mendalam. Ia tidak habis pikir, mengapa orang yang begitu dikasihi itu telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Sang pacar masih menangis selama beberapa hari setelah meninggalnya sang kekasih. Ia begitu sedih. Ia begitu menderita. Ia merasa seolah-olah hidup ini telah berakhir tanpa sang kekasih. Makan tak enak, minum pun tak segar. Ia tetap terpuruk dalam kesedihan yang sangat mendalam. Setiap hiburan yang diberikan kepadanya tidak berguna sama sekali.
Empat puluh hari kemudian, wajah sang pacar masih murung juga. Ia tidak mau bertemu dengan orang-orang. Bahkan sang ibu yang sangat dikasihinya pun ia tidak mau temui. Ia mengunci diri di kamarnya. Ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling malang di dunia. Kebahagiaan telah direnggut dari dirinya saat sang kekasih meninggal dunia.
Sahabat, penderitaan dan kesedihan boleh saja menimpa diri manusia. Sebenarnya hal-hal ini juga menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ada situasi bahagia saat orang mengalami kasih yang begitu besar dari orang-orang di sekitarnya. Tetapi ada juga saat kesedihan dan penderitaan yang melanda hidup manusia.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa ada orang yang tidak begitu saja menerima kenyataan hidup. Orang menolak kesedihan dan penderitaan yang menimpa dirinya. Orang hanya ingin mengalami hal-hal yang bahagia dan sukacita. Orang hanya mau menerima hal-hal yang baik saja. Yang pahit dan kurang menyenangkan orang ingin cepat-cepat melepaskannya dari hidupnya.
Bisa jadi orang seperti ini kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Orang tidak membuka mata dan hatinya untuk melihat dan mengalami duka nestapa yang terjadi dalam hidup sehari-hari. Untuk itu, yang dibutuhkan adalah orang berani membuka mata dan hatinya terhadap kesedihan dan penderitaan yang dialami manusia. Ada orang yang kehilangan suami. Ada orang yang kehilangan orang-orang terdekat yang begitu disayangi dalam waktu yang sekejap.
Tetapi orang-orang ini tidak tenggelam dalam kesedihan dan penderitaan yang berlarut-larut. Mereka mudah bangkit dari situasi hidup seperti ini. Mereka berani menatap hidup ini dengan penuh optimis. Mereka berhasil keluar dari diri mereka untuk melihat dan menyaksikan kenyataan hidup sehari-hari.
Orang beriman mesti terus-menerus memupuk harapannya pada Tuhan yang mahakuasa dan mahakasih. Orang mesti yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan dirinya berjuang sendirian dalam perjalanan hidup di dunia ini. Tuhan memberi kekuatan dan semangat bagi manusia untuk bangkit dari keterpurukan hidup.
Mari kita berusaha untuk keluar dari kesedihan dan penderitaan yang kita alami. Kita buka mata dan hati kita terhadap peristiwa-peristiwa hidup kita. Dengan demikian, kita dapat menangkap makna kesedihan dan penderitaan yang sedang kita alami. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
986
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.