Pages

19 Agustus 2009

Membangun Hidup di atas Kejujuran





Sudah lama seorang pemuda dari Montreal, Kanada, hidup menganggur. Suatu sore ia menemukan sebuah dompet milik seorang janda yang juga berstatus penganggur. Isi dompet itu hanyalah sehelai undian yang kelihatannya tidak berarti.

Tetapi pemuda itu menyimpannya baik-baik di saku celananya. Ia berharap, nomor undian itu akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi perjalanan hidupnya. Benar. Betapa terkejutnya pemuda itu, ketika ia pada suatu hari mencocokkan angka-angka di dalam lotere itu dan mendapati bahwa hadiah utama sebesar 1,2 juta dolar ternyata tepat dengan nomor kupon yang ada di saku celananya.

Timbullah pergumulan berat dalam hatinya. Apakah lotere itu akan ia kembalikan kepada pemiliknya yang sah atau diam saja pura-pura tidak tahu dan mengantongi uang yang demikian banyak seorang diri. Lama sekali ia memikirkan hal ini.

Akhirnya hati nuraninya tidak mengijinkan pemuda itu berbuat serakah. Dengan penuh percaya diri, ia mendatangi rumah janda penganggur itu dan menceritakan keadaan yang sebenarnya. Ternyata janda ini juga cukup baik hati. Ia rela membagi hadiah uang itu dengan pemuda itu. Masing-masing mereka kemudian membangun hidup yang bahagia dengan hasil undian itu.

Kita hidup dalam dunia yang kata orang sulit sekali menemukan orang-orang yang jujur. Orang lebih mudah saling mempecundangi daripada berusaha bersama untuk meraih sukses secara bersama-sama. Kita menyaksikan sesama saudara sampai bentrok. Tidak akur. Mengapa hal ini mesti terjadi? Hal ini terjadi karena kurangnya kejujuran. Hal ini menyebabkan kepercayaan terhadap sesama, bahkan saudara, menjadi luntur.

Kisah di atas mau mengingatkan kita bahwa hidup jujur itu lebih menguntungkan daripada hidup yang tidak jujur. Seandainya pemuda penganggur itu tidak jujur, ia akan hidup dalam ketidaktenangan. Hati nuraninya akan selalu mempertanyakan kejujuran dirinya. Ia selalu dikejar-kejar oleh hati nuraninya sendiri. Hidup yang selalu dikejar-kejar oleh hati nurani itu tidak membahagiakan. Orang menjadi tidak damai.

Karena itu, kedamaian mesti didukung oleh kejujuran dalam hidup ini. Para pendiri agama-agama di dunia selalu menekankan pentingnya kejujuran dalam hidup. Orang yang jujur itu berkenan kepada Tuhan dan sesama. Orang yang jujur dalam hidupnya itu senantiasa dipercaya oleh Tuhan dan sesama untuk mengemban tugas-tugas yang besar.

Sebagai orang beriman, kita ingin hidup kita dihiasi oleh kejujuran. Kita ingin agar kejujuran menjadi mahkota bagi hidup kita. Untuk itu, kita mesti mendasarkan hidup kita pada ajaran Tuhan. Tuhan selalu mengajarkan kita untuk hidup bersahaja dan jujur. Dengan cara hidup seperti ini, kita akan mampu menjadi orang-orang yang berkenan kepada Tuhan. Kita dapat menjadi orang-orang yang dipercaya oleh sesama.

Mari kita terus-menerus membangun hidup kita dalam kejujuran. Hanya dengan kejujuran kita akan menemukan damai dan ketenangan dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

136

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.