Suatu hari seorang pria berhenti di sebuah toko bunga. Matanya tertuju pada seikat mawar segar. Ia pun membeli seikat mawar. Ia ingin mengirimkan buat ibunya yang tinggal di kota tetangga. Beberapa saat kemudian, ia keluar dari toko bunga itu. Ia tersenyum puas memandangi seikat mawar itu. Baginya, mawar itu menjadi ungkapan perhatiannya terhadap sang mama. Seikat mawar itu menjadi tanda cintanya kepada sang mama. Ia ingin menyatakan cintanya dengan seikat mawar segar.
Tidak jauh dari tempat ia keluar, berdiri seorang gadis kecil. Air mata membasahi wajahnya yang manis itu. Di tangannya, ia memegang selembar uang kertas seribu rupiah. Melihat gadis itu, pria itu bertanya, “Hai manis, ada apa denganmu? Ada yang bisa saya bantu?”
Gadis kecil itu berkata, “Saya ingin membeli setangkai mawar untuk mama saya yang sedang sakit. Tetapi saya hanya punya seribu rupiah. Setangkai mawar itu harganya dua ribu rupiah.”
Sambil memegang bahunya, pria itu berkata, “Ayo, ikut aku. Aku akan membelikan bunga yang kau mau.”
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Hari itu, ia dapat mempersembahkan sekuntum mawar buat mamanya yang sedang dirawat di rumah sakit. Ia ingin membahagiakan mamanya. Ia memberikan cintanya bagi sang mama.
Kita hidup dalam tanda-tanda. Dua orang tadi memberi perhatian kepada orang yang mereka cinta dengan mawar yang indah dan segar. Mereka mengungkapkan cinta mereka melalui kehadiran mawar itu. Dengan demikian, mereka akan mengalami betapa cinta itu memberi kehidupan. Cinta memberi semangat kepada mereka yang dicintai.
Katakan dengan setangkai bunga merupakan ungkapan cinta yang mendalam kepada sesama. Sayang, dalam hidup ini banyak orang mulai melupakan tanda-tanda. Banyak orang lupa bahwa tanda merah yang menyala itu tanda bahaya. Orang tidak boleh menerjang tanda merah itu. Bencana akan menjadi bagian dari orang yang berani menerjang tanda merah. Orang tidak peduli lagi akan hidup ini. Akibatnya, orang gampang untuk melanggar rambu-rambu kehidupan.
Karena itu, orang mesti memiliki kesadaran dalam hidupnya bahwa orang mesti berusaha untuk mengendalikan dirinya. Orang mesti berusaha untuk meninggalkan sikap nekad dan menggantinya dengan sikap hati-hati dalam hidup ini. Orang mesti berusaha untuk mengubah cara hidupnya dari yang merusak menjadi membangun kehidupan bersama.
Sebagai orang beriman, kita mesti berani untuk menunjukkan cara hidup kita yang baik terhadap sesama. Kisah tadi menjadi inspirasi bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan kasih kita kepada sesama. Kita mesti menggunakan cara-cara yang baik dan indah mengungkapkan kasih sayang kita kepada orang-orang yang kita cinta. Dengan demikian, kita akan menjadi orang-orang yang memiliki hidup yang baik dan berkenan kepada sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
471
Tidak jauh dari tempat ia keluar, berdiri seorang gadis kecil. Air mata membasahi wajahnya yang manis itu. Di tangannya, ia memegang selembar uang kertas seribu rupiah. Melihat gadis itu, pria itu bertanya, “Hai manis, ada apa denganmu? Ada yang bisa saya bantu?”
Gadis kecil itu berkata, “Saya ingin membeli setangkai mawar untuk mama saya yang sedang sakit. Tetapi saya hanya punya seribu rupiah. Setangkai mawar itu harganya dua ribu rupiah.”
Sambil memegang bahunya, pria itu berkata, “Ayo, ikut aku. Aku akan membelikan bunga yang kau mau.”
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Hari itu, ia dapat mempersembahkan sekuntum mawar buat mamanya yang sedang dirawat di rumah sakit. Ia ingin membahagiakan mamanya. Ia memberikan cintanya bagi sang mama.
Kita hidup dalam tanda-tanda. Dua orang tadi memberi perhatian kepada orang yang mereka cinta dengan mawar yang indah dan segar. Mereka mengungkapkan cinta mereka melalui kehadiran mawar itu. Dengan demikian, mereka akan mengalami betapa cinta itu memberi kehidupan. Cinta memberi semangat kepada mereka yang dicintai.
Katakan dengan setangkai bunga merupakan ungkapan cinta yang mendalam kepada sesama. Sayang, dalam hidup ini banyak orang mulai melupakan tanda-tanda. Banyak orang lupa bahwa tanda merah yang menyala itu tanda bahaya. Orang tidak boleh menerjang tanda merah itu. Bencana akan menjadi bagian dari orang yang berani menerjang tanda merah. Orang tidak peduli lagi akan hidup ini. Akibatnya, orang gampang untuk melanggar rambu-rambu kehidupan.
Karena itu, orang mesti memiliki kesadaran dalam hidupnya bahwa orang mesti berusaha untuk mengendalikan dirinya. Orang mesti berusaha untuk meninggalkan sikap nekad dan menggantinya dengan sikap hati-hati dalam hidup ini. Orang mesti berusaha untuk mengubah cara hidupnya dari yang merusak menjadi membangun kehidupan bersama.
Sebagai orang beriman, kita mesti berani untuk menunjukkan cara hidup kita yang baik terhadap sesama. Kisah tadi menjadi inspirasi bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan kasih kita kepada sesama. Kita mesti menggunakan cara-cara yang baik dan indah mengungkapkan kasih sayang kita kepada orang-orang yang kita cinta. Dengan demikian, kita akan menjadi orang-orang yang memiliki hidup yang baik dan berkenan kepada sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
471
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.