Ada seorang gadis yang kurang begitu mudah menerima situasi hidup diri dan keluarganya. Orangtuanya tidak punya pekerjaan tetap, sehingga menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ia memberontak. Hatinya dipenuhi oleh dendam dan benci terhadap situasi itu. Namun ia sendiri tidak bisa berperan untuk mengatasi situasi hidup itu.
Akibatnya, hatinya selalu gundah. Seolah-olah ada setumpuk permasalahan yang sedang menimbun batinnya. Ia tidak bersemangat dalam hidupnya. Tidak ada gairah untuk keluar dari situasi hidup seperti itu. Ia terkurung dalam situasi dirinya sendiri, sehingga tampak tidak ada jalan keluar bagi dirinya.
Suatu hari ia diajak oleh seorang temannya untuk bertamasya. Mereka pergi ke sebuah telaga yang luas. Angin senja itu memberikan kesegaran bagi dirinya. Ia merasa beban-beban hidupnya sedikit demi sedikit mulai lepas.
Sambil berjalan menyusuri telaga itu, temannya itu berkata, ”Kamu lihat telaga yang tenang itu? Begitu indah dan menyenangkan menyaksikan telaga yang tenang dan damai. Hati kita juga semestinya tenang dan damai seperti telaga itu.”
Gadis itu tertegun mendengar kata-kata temannya. Ia merasa disentuh oleh kata-kata itu. Selama ini hatinya selalu gamang memikirkan kondisi keluarganya. Semestinya hatinya itu menjadi tenang, sehingga persoalan yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik.
Hati yang tenang dan damai menjadi titik awal bagi seseorang dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Seringkali keresahan meliputi hati manusia. Orang bingung menghadapi persoalan hidupnya. Orang kurang teguh dalam menemukan yang terbaik bagi hidupnya.
Mungkin orang butuh waktu untuk menenangkan diri. Orang butuh waktu untuk menggali dan merefleksikan pengalaman-pengalaman hidup hariannya. Orang tidak boleh hanya tenggelam dalam dukacita hidupnya. Masih ada secercah harapan bagi hidupnya. Masih ada telaga yang membentang yang mampu membantu manusia untuk menyadari keberadaannya.
Teman gadis itu memberikan suatu penyadaran yang sangat bermakna bagi hidup gadis itu. Ia menunjukkan bahwa hati manusia mesti jauh lebih tenang dan damai daripada telaga. Hati yang tenang dan damai akan membantu manusia dapat menangkap nilai-nilai yang baik dari hidup ini. Kalau orang dapat menciptakan hati yang tenang dan damai, orang akan mengalami sukacita. Orang akan merasakan bahwa Tuhan hadir dalam hidupnya. Tuhan senantiasa ada bersama dirinya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memiliki hati yang tenang dan damai. Hati yang galau menjauhkan kita dari Tuhan yang selalu mencintai kita. Hati yang tenang dan damai membantu kita untuk senantiasa terbuka terhadap suara Tuhan yang berseru kepada kita.
Karena itu, mari kita berusaha menciptakan hati yang tenang dan damai. Dengan demikian, Tuhan dapat tinggal dan menetap di dalam diri kita. Kita akan mengalami sukacita dan damai. Kita dapat memancarkan sukacita dan damai itu kepada setiap orang yang kita jumpai. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
469
Akibatnya, hatinya selalu gundah. Seolah-olah ada setumpuk permasalahan yang sedang menimbun batinnya. Ia tidak bersemangat dalam hidupnya. Tidak ada gairah untuk keluar dari situasi hidup seperti itu. Ia terkurung dalam situasi dirinya sendiri, sehingga tampak tidak ada jalan keluar bagi dirinya.
Suatu hari ia diajak oleh seorang temannya untuk bertamasya. Mereka pergi ke sebuah telaga yang luas. Angin senja itu memberikan kesegaran bagi dirinya. Ia merasa beban-beban hidupnya sedikit demi sedikit mulai lepas.
Sambil berjalan menyusuri telaga itu, temannya itu berkata, ”Kamu lihat telaga yang tenang itu? Begitu indah dan menyenangkan menyaksikan telaga yang tenang dan damai. Hati kita juga semestinya tenang dan damai seperti telaga itu.”
Gadis itu tertegun mendengar kata-kata temannya. Ia merasa disentuh oleh kata-kata itu. Selama ini hatinya selalu gamang memikirkan kondisi keluarganya. Semestinya hatinya itu menjadi tenang, sehingga persoalan yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik.
Hati yang tenang dan damai menjadi titik awal bagi seseorang dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Seringkali keresahan meliputi hati manusia. Orang bingung menghadapi persoalan hidupnya. Orang kurang teguh dalam menemukan yang terbaik bagi hidupnya.
Mungkin orang butuh waktu untuk menenangkan diri. Orang butuh waktu untuk menggali dan merefleksikan pengalaman-pengalaman hidup hariannya. Orang tidak boleh hanya tenggelam dalam dukacita hidupnya. Masih ada secercah harapan bagi hidupnya. Masih ada telaga yang membentang yang mampu membantu manusia untuk menyadari keberadaannya.
Teman gadis itu memberikan suatu penyadaran yang sangat bermakna bagi hidup gadis itu. Ia menunjukkan bahwa hati manusia mesti jauh lebih tenang dan damai daripada telaga. Hati yang tenang dan damai akan membantu manusia dapat menangkap nilai-nilai yang baik dari hidup ini. Kalau orang dapat menciptakan hati yang tenang dan damai, orang akan mengalami sukacita. Orang akan merasakan bahwa Tuhan hadir dalam hidupnya. Tuhan senantiasa ada bersama dirinya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memiliki hati yang tenang dan damai. Hati yang galau menjauhkan kita dari Tuhan yang selalu mencintai kita. Hati yang tenang dan damai membantu kita untuk senantiasa terbuka terhadap suara Tuhan yang berseru kepada kita.
Karena itu, mari kita berusaha menciptakan hati yang tenang dan damai. Dengan demikian, Tuhan dapat tinggal dan menetap di dalam diri kita. Kita akan mengalami sukacita dan damai. Kita dapat memancarkan sukacita dan damai itu kepada setiap orang yang kita jumpai. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
469
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.