Ada dua orang bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka. Yang seorang telah menikah dan memiliki sebuah keluarga besar. Yang lainnya masih lajang. Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.
Suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, ”Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit.”
Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudaranya.
Sementara itu, saudaranya yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, ”Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti. Sedangkan saudaraku tidak memiliki siapa pun. Tidak seorang pun akan peduli padanya pada masa tuanya.”
Karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudara satu-satunya itu.
Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu masing-masing. Sementara itu, padi mereka sesungguhnya tidak pernah berkurang. Suatu malam keduanya bertemu dan barulah saat itu mereka tahu apa yang telah terjadi. Mereka pun berpelukan.
Harta kekayaan bisa menjadi pemersatu dalam kehidupan berkeluarga. Tetapi harta kekayaan bisa saja memecah belah persaudaraan. Hal ini tergantung dari bagaimana orang memaknai kehadiran harta kekayaan dalam hidupnya. Orang yang hidupnya untuk mengejar harta akan menaruh obsesinya pada harta kekayaan. Orang seperti ini berusaha mati-matian untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Kadang ia lupa bahwa hartanya yang banyak itu tidak dapat ia gunakan. Ia senang mengumpulkannya, tetapi belum tentu dapat menggunakannya dengan baik.
Tetapi orang yang menggunakan harta kekayaan untuk kesejahteraan hidupnya akan memandang harta sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Harta kekayaan yang banyak itu bukan tujuan kebahagiaan hidup manusia. Tujuan utama kehidupan manusia adalah kebahagiaan, bukan mengumpulkan harta. Orang seperti ini akan menggunakan harta kekayaan untuk membangun persaudaraan. Ia memandang setiap orang sebagai sahabat yang dapat membantunya mencapai tujuan hidup, yaitu kebahagiaan.
Kisah tadi mengingatkan kita, agar kita memupuk persaudaraan dengan menggunakan harta kekayaan yang kita miliki. Kedua saudara itu tidak mau persaudaraan mereka rusak hanya karena kehadiran harta kekayaan.
Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk senantiasa menemukan makna hidup di balik harta kekayaan yang kita miliki itu. Karena itu, mari kita perkuat persaudaraan dalam hidup kita dengan menggunakan harta yang dapat binasa. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
484
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.