Seorang pemuda berusia 20 tahun itu tampak sendirian di tengah keramaian pesta kaum muda. Ia duduk di pojok ruangan. Tiada yang menemani. Hanya sebotol minuman ringan dan sepiring makanan kecil. Wajahnya tampak murung. Ia tidak bergairah. Padahal kaum muda yang berpesta malam itu berjingkrak-jingkrak. Mereka tertawa. Mereka bernyanyi beria-ria. Tiada yang murung.
Pemuda itu tetap duduk di pojok ruangan itu. Padahal beberapa kaum muda mengajaknya untuk melantai bersama. Ia menolak. Ia memilih untuk menyendiri. Ia lagi tidak enak badan.
Belakangan baru ketahuan bahwa pemuda itu memang tidak punya teman. Ia tidak punya sahabat yang bisa diajaknya untuk ngobrol. Karena itu, tidak ada teman yang dapat ia bagikan perasaan hatinya. Suka dan duka ia miliki sendiri. Ia tidak mengalami betapa kayanya persahabatan yang baik. Ia terpuruk dalam kesendiriannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena pemuda itu tidak mau membuka dirinya bagi persahabatan. Pemuda itu ingin hidup sendirian dan menyendiri.
Ketika ditanya, dia berkata, “Saya ingin hidup sendiri. Saya tidak ingin mengganggu orang lain. Saya juga tidak ingin diganggu.”
Membangun persahabatan dengan orang lain itu bukan untuk mengganggu ketenangan orang lain. Membangun persahabatan itu merupakan hakekat kehidupan manusia. Tidak ada orang yang diciptakan untuk dirinya sendiri. Setiap orang diciptakan untuk orang lain. Manusia itu makhluk sosial yang mesti membangun kehidupan bersama dengan orang lain.
Seorang bijak mengatakan bahwa manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari sahabat. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman, tetapi menyia-nyiakannya. Artinya, membangun persahabatan itu adalah suatu keharusan. Namun persahabatan itu mesti mampu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Tidak hanya untuk satu pihak saja.
Persahabatan adalah bagian dari hidup manusia. Persahabatan itu memperkaya hidup manusia. Hanya dengan membangun persahabatan orang akan menemukan makna hidupnya sendiri. Hidup seseorang baru memiliki arti yang lebih dalam, ketika ia mampu hidup bersama orang lain.
Melalui persahabatan itu orang dapat membagikan hidupnya kepada orang lain. Orang dapat berbagi kebahagiaan yang menguatkan sesamanya. Orang dapat juga mensharingkan pengalaman hidupnya kepada orang lain. Dengan demikian, hidup ini semakin memiliki nilai-nilai yang berguna untuk kehidupan.
Sebagai orang beriman, dorongan kita untuk membangun persahabatan adalah kasih Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Tuhan sendiri menghendaki kita hidup bersahabat dengan semua orang. Persahabatan itu mesti membangun pesaudaraan dan cinta kasih yang mendalam. Mari kita membangun persahabatan yang baik dan benar untuk kehidupan yang lebih baik. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
483
Pemuda itu tetap duduk di pojok ruangan itu. Padahal beberapa kaum muda mengajaknya untuk melantai bersama. Ia menolak. Ia memilih untuk menyendiri. Ia lagi tidak enak badan.
Belakangan baru ketahuan bahwa pemuda itu memang tidak punya teman. Ia tidak punya sahabat yang bisa diajaknya untuk ngobrol. Karena itu, tidak ada teman yang dapat ia bagikan perasaan hatinya. Suka dan duka ia miliki sendiri. Ia tidak mengalami betapa kayanya persahabatan yang baik. Ia terpuruk dalam kesendiriannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena pemuda itu tidak mau membuka dirinya bagi persahabatan. Pemuda itu ingin hidup sendirian dan menyendiri.
Ketika ditanya, dia berkata, “Saya ingin hidup sendiri. Saya tidak ingin mengganggu orang lain. Saya juga tidak ingin diganggu.”
Membangun persahabatan dengan orang lain itu bukan untuk mengganggu ketenangan orang lain. Membangun persahabatan itu merupakan hakekat kehidupan manusia. Tidak ada orang yang diciptakan untuk dirinya sendiri. Setiap orang diciptakan untuk orang lain. Manusia itu makhluk sosial yang mesti membangun kehidupan bersama dengan orang lain.
Seorang bijak mengatakan bahwa manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari sahabat. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman, tetapi menyia-nyiakannya. Artinya, membangun persahabatan itu adalah suatu keharusan. Namun persahabatan itu mesti mampu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Tidak hanya untuk satu pihak saja.
Persahabatan adalah bagian dari hidup manusia. Persahabatan itu memperkaya hidup manusia. Hanya dengan membangun persahabatan orang akan menemukan makna hidupnya sendiri. Hidup seseorang baru memiliki arti yang lebih dalam, ketika ia mampu hidup bersama orang lain.
Melalui persahabatan itu orang dapat membagikan hidupnya kepada orang lain. Orang dapat berbagi kebahagiaan yang menguatkan sesamanya. Orang dapat juga mensharingkan pengalaman hidupnya kepada orang lain. Dengan demikian, hidup ini semakin memiliki nilai-nilai yang berguna untuk kehidupan.
Sebagai orang beriman, dorongan kita untuk membangun persahabatan adalah kasih Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Tuhan sendiri menghendaki kita hidup bersahabat dengan semua orang. Persahabatan itu mesti membangun pesaudaraan dan cinta kasih yang mendalam. Mari kita membangun persahabatan yang baik dan benar untuk kehidupan yang lebih baik. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
483
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.