Pages

20 Agustus 2010

Atas Nama Cinta


Seorang penjaga lepas pantai berhari-hari berada di anjungan mercusuar. Ia meninggalkan sang buah hati yang baru dinikahinya satu tahun lalu. Ia bekerja di sana demi keselamatan kapal-kapal yang lewat di perairan sekitarnya. Ia tidak merasa lelah. Ia tidak merasa kesepian. Bahkan ia memiliki semangat yang luar biasa. Itulah pekerjaannya. Itulah tempat ia mendapatkan sesuap nasi untuk penghidupan dirinya dan sang buah hati.

Pada akhir pekan, ia akan turun ke darat. Ia digantikan oleh penjaga yang lain yang khusus bekerja selama akhir pekan. Ia akan kembali lagi ke anjungan mercusuar itu pada hari Senin hingga Jumat.

Ketika ditanya tentang hal itu, ia mengatakan bahwa itulah resiko dari suatu pilihan hidup. Ia sudah memilih untuk bekerja di tempat itu, maka ia mesti mempertanggungjawabkannya. Apalagi sang buah hati pun tidak keberatan. Malahan ia sangat mendukung sang kekasihnya dengan motivasi-motivasi yang tinggi.

Penjaga lepas pantai itu berkata, ”Hal yang semakin mendorong saya bekerja di tempat ini adalah cinta. Pertama-tama saya mencintai pekerjaan ini. Tetapi yang juga menjadi hal yang utama adalah saya mencintai istri saya dan mereka semua yang ada di rumah saya.”

Cinta memang merupakan kekuatan yang paling besar dalam hidup ini. Tanpa cinta, orang tidak akan mengorbankan hidupnya bagi sesamanya. Tanpa cinta, orang hanya akan mengalami kesia-siaan dalam hidup ini. Suatu pekerjaan tidak akan memiliki makna yang mendalam, kalau tidak disertai oleh cinta yang mendalam. Korban yang dilakukan untuk seseorang atau orang lain selalu didasari oleh cinta yang sejati dan luhur.

Hanya cinta yang mampu melahirkan pengharapan dan pengabdian kepada sesama. Cinta mampu menundukan hati yang keras dan kasar. Hanya cinta yang mampu memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan hal-hal yang spektakuler dalam hidup ini. Tentu saja cinta yang baik. Bukan cinta yang egois yang hanya mengutamakan kepentingan diri sendiri.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang berkorban demi cinta tidak pernah berpikir tentang resiko yang akan dihadapinya. Dalam benak orang seperti ini yang ada hanyalah kekuatan untuk memberikan hidupnya untuk sesama yang dicintainya. Ia tidak banyak berpikir tentang apa yang diperolehnya bagi dirinya sendiri. Ia hanya berpikir tentang apa yang dapat ia berikan bagi orang yang dicintainya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memberikan perhatian dan cinta kita kepada sesama. Mereka semua adalah milik Tuhan. Mereka juga dikasihi oleh Tuhan seperti Tuhan mengasihi kita. Dengan demikian, apa pun yang kita lakukan bagi sesama, kita lakukan demi cinta kita yang semakin besar kepada sesama.

Mari kita berusaha terus-menerus untuk mengabdikan hidup kita atas nama cinta. Dengan demikian, kita akan menemukan damai yang tahan terhadap setiap cobaan hidup. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


476

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.