Pages

14 Agustus 2010

Menemukan Makna Hidup dalam Hidup Bersama

Pagi itu, seorang wanita gemuk menggelar nasi bungkus dagangannya. Pekerjaan itu sudah ia lakukan sejak ia masih muda: dua puluh tahun lalu. Keringat membasahi wajahnya. Sesekali ia tersenyum menyapa para pengguna jasanya. Nasi bungkus yang dijualnya itu relatif murah. Namun rasanya sangat enak bagi lidah orang-orang kecil. Karena itu, wanita gemuk itu selalu dikerubuti banyak pelanggan.

Ia pun menyapa mereka dengan sangat santun. Ia tidak ingin menyakiti siapa pun. Ia ingin membahagiakan semua yang datang untuk membeli nasi bungkus yang dijualnya. Wanita itu pun tetap menjaga mutu jualannya. Soal mutu, ia tidak mau main-main. Ia selalu berusaha untuk menyajikan yang terbaik bagi siapa pun yang datang. Baginya, mutu itu segalanya. Sedikit saja mutunya berkurang, banyak orang akan meninggalkannya. Banyak orang akan pergi ke pedagang nasi yang lain.

Menyadari bahwa banyak kuli bangunan yang datang untuk membeli nasi bungkus produksinya, wanita itu tidak pernah menaikkan harga. Ketika ditanya tentang keuntungan yang diperolehnya, ia menjawab, ”Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun sudah cukup bagi saya.”

Dianjurkan untuk menaikkan harga per bungkus, ia berkata, ”Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan pagi buat mereka?”

Wanita itu punya misi hidup. Ia tidak hanya mencari uang untuk dirinya sendiri. Ia mau agar semakin banyak orang memiliki kesejahteraan. Karena itu, ia tidak mau menaikkan harga jualannya. Sungguh, suatu misi yang sangat mulia. Ia tidak mau hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Ia ingin agar orang lain pun meraih keuntungan bagi hidupnya.

Mencermati kehidupan kita sekarang, kita mesti berani mengatakan bahwa banyak orang lebih memusatkan perhatiannya bagi dirinya sendiri. Banyak orang mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri. Karena itu, orang berusaha untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Orang tidak peduli terhadap kelangsungan hidup sesamanya.

Tentu saja suasana seperti ini berbahaya bagi kehidupan bersama. Situasi seperti ini dapat membuat orang lupa terhadap sesamanya. Orang hidup hanya untuk dirinya sendiri. Akibatnya, orang akan mengalami hidup yang tidak seimbang. Orang tidak akan menemukan makna hidup ini. Hidup ini akan semakin bermakna, ketika orang dapat hidup saling berdampingan dengan sesamanya. Orang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa menemukan makna hidup, ketika kita memiliki misi yang mulai untuk kehidupan semua orang. Kita akan menemukan hidup ini semakin bermakna, ketika kita menjalin persaudaraan dengan semua orang. Mampukah kita? Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

470

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.