Pages

18 Agustus 2010

Mengubah yang Negatif Menjadi Positif


Ada seorang pemarah. Apa-apa saja yang salah ia langsung marah. Ia tidak peduli siapa yang ia marahi. Bahkan orangtuanya sekalipun ia marahi, kalau mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun. Ia gampang naik pitam. Ia mudah terbawa emosi. Karena itu, ia kehilangan banyak sahabat. Banyak temannya yang menghindar darinya. Mereka tidak mau ambil resiko bertengkar dengannya.

Suatu hari ia mulai menyadari kebiasaannya itu. Karena itu, ia mulai berusaha untuk mengendalikan dirinya. Ia berusaha untuk tidak marah, ketika salah seorang temannya mengganggunya. Namun ia tidak berhasil. Ia masih saja tetap meluapkan emosinya kepada orang-orang di sekitarnya yang membuat hatinya terasa jengkel.

Mengetahui niatnya untuk mengendalikan dirinya, seorang temannya memberinya nasihat untuk memakan dua buah cabe pedas begitu ia hendak marah. Baginya, nasihat ini sesuatu yang tidak masuk akal. Ia ragu apakah ia berhasil atau tidak. Namun ia mau coba juga.

Waktu pertama kali ia lakukan nasihat itu, mulutnya terasa sangat pedas seperti api yang membakar. Ia ingin berhenti saja. Namun keinginan untuk mengubah kebiasaan marahnya itu terus memotivasi dirinya untuk melakukan nasihat itu. Setiap kali ia hendak marah, ia mengambil dua buah cabe dari saku bajunya. Ia makan. Terasa pedas di mulut. Ia tidak jadi marah.

Akhirnya, ia berhasil. Ia merasakan betapa orang yang dimarahi itu juga akan mengalami pedas seperti cabe di dalam mulutnya. Ia sadar bahwa dalam hidup bersama orang tidak boleh saling menyakiti. Orang tidak boleh membuat sesamanya merasakan pedasnya dimarahi.

Setiap kita dapat menusukkan pisau belati kemarahan kepada sesama kita. Kita merasa kurang senang terhadap sesama kita. Kita merasa kurang puas terhadap sesama kita. Kita langsung mendampratnya habis-habisan. Padahal kemarahan itu akan meninggalkan bekas yang mendalam dalam diri sesama kita itu. Kemarahan itu seperti cabe yang pedas yang merusak relasi kita satu sama lain.

Karena itu, apa yang mesti kita lakukan kalau kita memiliki sifat yang mudah emosi, mudah marah? Kita mesti berlatih terus-menerus. Kita berlatih untuk mengalahkan kemarahan yang ada dalam diri kita. Mengapa? Karena orang yang mudah marah biasanya orang yang sulit menemukan jalan keluar, ketika menghadapi persoalan-persoalan. Orang yang kurang kreatif dalam hidupnya. Yang dimiliki hanyalah memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Tidak ada jalan alternatif yang bisa ditempuh untuk memecahkan masalah-masalahnya.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar kita terus-menerus memiliki kesadaran untuk mengubah yang negatif menjadi sesuatu yang positif bagi hidup kita. Kebiasaan marah dapat kita ubah menjadi kebiasaan untuk mudah mengampuni. Mari kita berusaha untuk berdamai dengan setiap orang. Hanya dengan cara ini, kita dapat membangun hidup yang lebih baik dengan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


474

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.