Seorang gadis merasa kecewa terhadap setiap lelaki yang pernah menjalin persahabatan dengannya. Ia ingin salah satu dari mereka menambatkan hatinya kepadanya. Namun sudah sekian lama hati mereka belum juga tertambat dalam hatinya. Ia merasa sepi sendiri. Ia merasa hidup ini tidak memiliki makna yang mendalam baginya. Karena itu, ia berusaha untuk menjauhkan diri dari setiap lelaki yang ingin menjalin relasi dengannya.
Dalam situasi seperti itu, ia merasa hatinya tawar. Tidak ada lagi gairah dalam hidupnya. Yang tersisa hanyalah hati yang tertusuk duri-duri. Perih dan pedih. Ia semakin resah. Akibatnya, ia mengisolasi dirinya dalam keheningan. Ia tidak ingin berjumpa dengan siapa pun. Prinsipnya adalah biarlah hidup ini ia nikmati sendiri. Tanpa teman. Tanpa sahabat.
Namun tindakan seperti itu justru menjauhkan dirinya dari kasih Tuhan. Ia semakin merasa diri jauh dari Tuhan. Seolah-olah Tuhan tidak lagi peduli terhadapnya. Hasilnya, ia menjadi acuh tak acuh terhadap sesama. Bahkan orang-orang yang dekatnya tidak lagi ia sapa. Ia menyendiri. Ia terpasung dalam kesendiriannya. Ia tidak bisa mengolah hatinya yang hancur berkeping-keping itu.
Setiap orang membutuhkan waktu untuk mengheningkan hatinya. Orang mesti berani menenangkan hatinya. Orang yang tergesa-gesa dalam hidupnya biasanya tidak memiliki pemikiran yang mendalam. Orang seperti ini mudah ceroboh. Tidak punya banyak pertimbangan dalam hidupnya.
Dalam situasi seperti ini orang mesti berani mengheningkan hatinya. Orang mesti mengambil waktu untuk tenang. Artinya, merefleksikan seluruh perjalanan hidupnya. Ada apa dengan dirinya sendiri? Apakah ada sesuatu yang salah? Orang mesti berani menukik ke dalam batinnya yang terdalam untuk merenungkan makna perjalanan hidupnya.
Kalau ini yang dilakukan, orang akan semakin bertumbuh di dalam kasih Tuhan. Orang akan mengalami betapa Tuhan peduli terhadap dirinya. Tuhan mencintai dirinya, sehingga ia pun mampu mencintai sesamanya dengan setulus hati.
Orang beriman itu orang yang mampu merefleksikan pengalaman hidupnya bersama Tuhan. Orang yang mampu menimba kasih Tuhan dalam situasi apa pun. Orang yang menemukan betapa hidup ini semakin memiliki nilai-nilai yang luhur, ketika orang tidak menyingkirkan sesamanya.
Untuk itu, orang beriman perlu mengheningkan batinnya untuk menimba kasih Tuhan. Dengan demikian, kasih Tuhan itu dapat ia pancarluaskan kepada sesama yang ada di sekitarnya. Kalau ini yang terjadi dalam hidup orang beriman, dunia ini menjadi tempat yang aman dan damai bagi hidup manusia.
Mari kita berusaha untuk menenangkan hati kita, ketika kita mengalami kekacauan dalam hidup ini. Kita ciptakan waktu hening untuk diri kita sendiri, agar kasih Tuhan mengalir dalam hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
458
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.