Pages

22 Agustus 2010

Berpikir Yang Baik Tentang Sesama

Suatu hari seorang bapak kehilangan uang sebesar lima ratus ribu rupiah. Ia sudah mencari ke mana-mana, namun tidak ia temukan. Ia sudah berusaha mengingat-ingat apakah uangnya itu tertinggal di kantor atau jatuh di jalan. Namun ia tidak ingat apa-apa. Yang pasti adalah ia memasukkan uangnya itu ke saku celananya, bukan di dompetnya. Karena itu, ia menaruh curiga terhadap pembantu rumah tangga yang pagi harinya mencuci celananya.

Namun ia tidak mau cepat-cepat menuduh. Sepulang dari kantor, ia bertanya kepada istrinya tentang uang lima ratus ribu rupiah yang hilang itu. Sang istri juga tidak tahu. Ia hanya memindahkan celana suaminya yang kotor itu lalu meletakkan di kamar mandi. Setelah itu, pembantu yang mencuci celana dan pakaian-pakaian yang lain. Bapak itu semakin bingung mendengar penjelasan istrinya. Ia semakin kuatir, karena uang itu bukan miliknya. Uang itu milik bersama teman-teman di kantornya.

Akhirnya, ia memberanikan diri bertanya kepada sang pembantu. Sambil tersenyum, pembantu itu berkata, “Pak, saya simpan uang bapak. Bapak tidak usah cemas. Uang bapak selamat.”

Bapak itu memandang penuh senyum dan terima kasih kepada pembantu itu. Ia memeluknya. Ia meminta maaf kepadanya, karena sudah berprasangka buruk terhadapnya.

Sering orang mudah berprasangka buruk terhadap sesamanya. Kesalahan yang dibuatnya sendiri dituduhkan kepada orang lain. Kecerobohan diri sendiri dilimpahkan kepada orang lain. Orang mau melempar kesalahan dirinya kepada orang lain.

Kisah tadi mengajak kita untuk hati-hati dalam menuduh orang lain. Belum tentu orang yang kita tuduh itu seburuk yang ada dalam pikiran kita. Ternyata orang yang dituduh melakukan hal yang buruk itu orang yang baik. Orang yang peduli terhadap sesamanya. Orang yang mau menyelamatkan sesamanya.

Ketika Anda berhadapan dengan suatu persoalan, Anda mesti tanggalkan prasangka-prasangka. Prasangka itu seperti sepatu yang enak dipakai, tetapi tidak bisa dipakai untuk berjalan. Mengapa ada prasangka-prasangka? Karena orang tidak menguasai persoalan yang ada. Orang masih meraba-raba tentang suatu persoalan. Orang mesti berusaha menguasai sungguh-sungguh suatu persoalan.

Orang akan memiliki pandangan yang lebih jernih dan enak, kalau ia mampu melepaskan diri dari prasangka-prasangka. Persoalan hidup pun akan mudah diatasi. Untuk itu, orang mesti membersihkan dirinya dari pikiran yang buruk tentang orang lain. Orang mesti memiliki suatu pikiran positif tentang orang lain.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menemukan hal-hal yang baik dalam diri sesama kita. Dengan cara ini, kita akan melihat sesama dengan mata yang jernih dan baik. Kita akan membangun suatu relasi yang lebih baik dengan sesama kita. Hidup kita akan bahagia dan damai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

478

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.