Pages

01 Agustus 2010

Melatih Lidah untuk Hening


Sudah beberapa hari ini seorang bapak diam saja. Ia tidak mau bicara dengan siapa pun. Kondisi seperti ini membuat banyak orang bingung melihatnya. Banyak orang pun tidak mau mendekatinya. Orang berusaha menjauhi dirinya, agar tidak terjadi konflik dengannya. Bapak ini berusaha untuk setia pada komitmennya untuk tidak mengeluarkan suara. Rupanya ia sedang menjalani keheningan lidah. Ia ingin agar lidahnya tidak sembarang mengeluarkan kata-kata yang mengganggu kehidupan bersama.

Baginya, cara seperti ini akan dapat membantunya untuk mengendalikan dirinya. Ia ingin agar lidahnya bersih dari kata-kata yang menghojat sesamanya. Ia sadar bahwa dengan lidah ia dapat memberikan pujian kepada orang lain. Tetapi dengan lidah yang sama ia dapat menghancurkan hidup sesamanya. Karena itu, ia membutuhkan waktu untuk membersihkan lidahnya.

Ketika ditanya tentang caranya yang aneh ini, ia menjawab, ”Kita manusia dapat hancur oleh lidah kita yang begitu lembut. Kata-kata kita dapat membuat banyak orang tidak mengalami kebahagiaan dalam hidupnya. Begitu banyak orang ribut gara-gara salah bicara. Karena itu, saya mencoba untuk membuat lidah saya hening. Mungkin banyak orang akan mengatakan hal ini tidak begitu berguna. Tetapi bagi saya, hal ini sangat membantu saya untuk membahagiakan sesama saya.”

Kita hidup dalam dunia yang hiruk pikuk oleh berbagai pernyataan. Ketika masa kampanye pileg dan pilpres, banyak terjadi pergunjingan sana sini. Orang saling menuduh terjadinya kecurangan dalam kampanye. Semuanya bermula dari rumusan kata-kata yang dianggap keliru oleh pihak yang lain. Akibatnya, persoalan menjadi luas.

Ada pepatah, tong kosong nyaring bunyinya. Artinya, orang yang banyak berkata-kata itu belum tentu memiliki isi yang mendalam untuk kehidupan yang lebih baik. Orang yang banyak berbicara itu belum tentu punya isi yang mendalam. Banyak orang berbicara hanya di permukaan saja. Banyak orang hanya berbicara yang basa-basi saja. Karena itu, hidup manusia menjadi kurang mendalam.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa kita butuh waktu untuk mengendalikan lidah kita. Untuk itu, kita mesti menenangkan lidah kita. Kita perlu mengheningkan lidah kita. Dengan cara ini, kita dapat menemukan makna yang lebih mendalam dari hidup ini.

Memang, tidak mudah kita mengendalikan lidah kita. Ada berbagai godaan untuk mengatakan hal-hal yang tidak senonoh. Kita tergoda untuk mengikuti orang lain yang sedang gosipkan sesamanya. Kita mudah ikut arus. Kita mudah terbawa oleh kebiasaan orang lain, bahkan kebiasaan yang buruk.

Karena itu, kita butuh waktu untuk mengendalikan lidah kita. Kita perlu cara untuk mengendalikan lidah kita. Sebagai orang beriman, usaha pengendalian lidah itu butuh rahmat Tuhan. Kita butuh bantuan Tuhan untuk dapat mengatakan hal-hal yang benar. Dengan demikian, kita dapat berhasil dalam membahagiakan sesama melalui lidah kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


456

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.