Ada seorang anak yang selalu mengukur segala sesuatu dari dirinya sendiri. Orang yang tidak cocok dengannya akan ia lawan habis-habisan. Orang itu harus mengikuti kemauan dirinya. Padahal ia bukan anak yang sempurna. Ia punya kelemahan-kelemahan yang mesti dibenahi.
Namun anak ini ngotot. Ia tidak peduli akan situasi orang lain. Ia juga tidak mau menerima kritik terhadap sikap hidupnya. Akibatnya, anak itu tumbuh dengan pandangan dirinya sendiri. Ia menjadi anak yang tidak punya wawasan yang luas. Ia menjadi anak seperti katak di bawah tempurung. Meski begitu, ia tetap tidak mau berubah pikiran. Ia hidup dengan dirinya sendiri.
Suatu hari ia kena batunya, ketika seorang teman lamanya menegur sikap hidupnya. Ia melawan. Namun temannya itu pun ngotot. Ia berkata, ”Kita hidup itu harus mau buka diri terhadap lingkungan di sekitar kita. Ada banyak hal baik yang kita butuhkan untuk pertumbuhan hidup kita.”
Anak itu menjawab, ”Saya tidak butuh kebaikan orang lain. Yang saya butuhkan adalah orang lain mesti mengikuti kemauan saya.”
Temannya itu berkata, ”Kalau begitu, kamu harus siap-siap untuk kehilangan semua orang. Tidak ada orang yang mau berteman dengan orang seperti kamu.”
Sejak itu, ia kehilangan banyak teman. Tiada orang yang mau menjadi sahabatnya. Tidak ada yang mau membangun relasi yang baik dengannya.
Manusia tidak hidup dalam pulaunya sendiri. Manusia selalu hidup dan berada bersama orang lain. Dengan cara ini, manusia akan bertumbuh dan berkembang dalam proses hidup yang lebih baik. Keterbukaan terhadap kebaikan sesama menjadi sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini. Karena itu, manusia mesti selalu mau membangun relasi dengan siapa saja.
Ada orang yang memang ingin memaksakan kehendaknya, karena ia merasa dialah yang paling baik dalam hidup ini. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menguasai orang lain. Tentu saja hal ini akan berbahaya dalam kehidupan bersama. Mesti selalu ada keseimbangan dalam hidup manusia. Orang mesti sadar bahwa dia tidak hidup sendirian. Orang selalu hidup bersama orang lain.
Orang juga mesti memiliki prasangka yang positif terhadap dirinya. Dengan demikian, ia akan menemukan sesuatu yang indah dalam dunia di sekelilingnya. Orang seperti ini akan menemukan bahwa relasi dengan sesama itu menyenangkan dan memberikan makna yang lebih mendalam bagi hidupnya.
Orang beriman itu selalu mau membangun kehidupan bersama orang lain. Orang beriman tidak hidup sendirian. Orang beriman selalu hidup bersama orang lain. Karena itu, orang beriman mesti selalu membuka pintu hatinya lebar-lebar bagi sesamanya. Orang mau belajar hal-hal yang baik yang ada dalam diri sesamanya. Dengan cara ini, orang akan menemukan sukacita dan damai dalam hidupnya. Orang tidak perlu stress karena kehilangan banyak sahabat dari hidupnya. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
462
Namun anak ini ngotot. Ia tidak peduli akan situasi orang lain. Ia juga tidak mau menerima kritik terhadap sikap hidupnya. Akibatnya, anak itu tumbuh dengan pandangan dirinya sendiri. Ia menjadi anak yang tidak punya wawasan yang luas. Ia menjadi anak seperti katak di bawah tempurung. Meski begitu, ia tetap tidak mau berubah pikiran. Ia hidup dengan dirinya sendiri.
Suatu hari ia kena batunya, ketika seorang teman lamanya menegur sikap hidupnya. Ia melawan. Namun temannya itu pun ngotot. Ia berkata, ”Kita hidup itu harus mau buka diri terhadap lingkungan di sekitar kita. Ada banyak hal baik yang kita butuhkan untuk pertumbuhan hidup kita.”
Anak itu menjawab, ”Saya tidak butuh kebaikan orang lain. Yang saya butuhkan adalah orang lain mesti mengikuti kemauan saya.”
Temannya itu berkata, ”Kalau begitu, kamu harus siap-siap untuk kehilangan semua orang. Tidak ada orang yang mau berteman dengan orang seperti kamu.”
Sejak itu, ia kehilangan banyak teman. Tiada orang yang mau menjadi sahabatnya. Tidak ada yang mau membangun relasi yang baik dengannya.
Manusia tidak hidup dalam pulaunya sendiri. Manusia selalu hidup dan berada bersama orang lain. Dengan cara ini, manusia akan bertumbuh dan berkembang dalam proses hidup yang lebih baik. Keterbukaan terhadap kebaikan sesama menjadi sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini. Karena itu, manusia mesti selalu mau membangun relasi dengan siapa saja.
Ada orang yang memang ingin memaksakan kehendaknya, karena ia merasa dialah yang paling baik dalam hidup ini. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menguasai orang lain. Tentu saja hal ini akan berbahaya dalam kehidupan bersama. Mesti selalu ada keseimbangan dalam hidup manusia. Orang mesti sadar bahwa dia tidak hidup sendirian. Orang selalu hidup bersama orang lain.
Orang juga mesti memiliki prasangka yang positif terhadap dirinya. Dengan demikian, ia akan menemukan sesuatu yang indah dalam dunia di sekelilingnya. Orang seperti ini akan menemukan bahwa relasi dengan sesama itu menyenangkan dan memberikan makna yang lebih mendalam bagi hidupnya.
Orang beriman itu selalu mau membangun kehidupan bersama orang lain. Orang beriman tidak hidup sendirian. Orang beriman selalu hidup bersama orang lain. Karena itu, orang beriman mesti selalu membuka pintu hatinya lebar-lebar bagi sesamanya. Orang mau belajar hal-hal yang baik yang ada dalam diri sesamanya. Dengan cara ini, orang akan menemukan sukacita dan damai dalam hidupnya. Orang tidak perlu stress karena kehilangan banyak sahabat dari hidupnya. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
462
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.