Pages

23 Desember 2009

Ketika Mesti Menentukan Pilihan

Jiun adalah ilmuwan yang sangat pandai. Dia sangat terkenal di era pemerintahan Tokugawa di Jepang. Ketika masih muda, dia sudah sering diminta membantu mengajar para murid kakaknya.

Ibunya mendengar berita tentang Jiun ini. Kemudian dia menulis surat kepada Jiun yang isinya demikian:

“Anakku, aku pikir kamu tidak akan menjadi Buddha yang baik karena keinginanmu hanyalah memberikan pelajaran kepada orang-orang. Kamu seolah menjadi sebuah kamus. Tidak ada habisnya pengetahuan, informasi, ilmu, pujian dan kemuliaan. Tetapi semua itu tidak ada gunanya. Sia-sia belaka. Maka aku harap kamu melepaskan semua pekerjaan itu. Pergilah ke sebuah biara kecil di sebuah gunung. Pergunakanlah seluruh waktu dan hidupmu untuk berdoa dan bermeditasi. Hanya jalan inilah yang akan membawamu pada kenyataan yang sejati.”

Membaca surat ibunya, jiun sangat sedih. Pasalnya, ia masih ingin menggunakan ilmunya untuk kepentingan banyak orang. Tetapi ia mesti mengahadpi kenyataan, yaitu permintaan dari ibunya. Jiun tidak bisa melawan permintaan dari ibunya. Sebagai orang yang setia kepada orangtua, ia mesti mematuhi pesan ibunya. Ia meninggalkan segala macam gemerlap kota dan ilmu yang diperolehnya lalu menuju ke biara yang ditunjukkan ibunya. Di sana ia menemukan kesejatian hidupnya. Hidup yang damai. Hidup yang tidak dikejar-kejar oleh kecemasan.

Apa jadinya kalau hal ini terjadi atas diri Anda? Tentu Anda akan merasa permohonan seperti itu hanya sesuatu yang bodoh. Apalagi kalau Anda sedang merintis karier untuk masa depan Anda. Di sinilah letaknya kedewasaan dalam memilih. Suatu pilihan itu sebenarnya mengandung resiko. Namun apa pun resiko yang dihadapi, orang mesti berani menghadapinya. Orang tidak boleh berkecil hati.

Orang yang sungguh-sungguh dewasa dituntut untuk mampu menentukan pilihan dan kehendaknya sendiri untuk masa depannya. Kehendak baik untuk membangun masa depan itu mesti datang dari hati nurani yang terdalam. Untuk itu, orang mesti berani melawan arus, kalau pilihan yang diambilnya itu menguntungkan bagi masa depannya.

Sebagai orang beriman, pilihan kita tentu didasarkan juga oleh suara Tuhan yang hidup di dalam hati kita masing-masing. Untuk itu, kita mesti berani untuk mencari dan menemukan suara Tuhan itu. Dengan demikian, pilihan yang kita buat itu membahagiakan diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

269
Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.