Ada sepasang burung merpati. Bulu burung merpati jantan sangat indah dan menarik. Tetapi bulu burung betina biasa-biasa saja. Meski demikian, sepasang burung merpati itu hidup rukun selama bertahun-tahun dalam sebuah sangkar.
Suatu hari, si betina tiba-tiba mati. Sejak kematian pasangannya, sang jantan tidak mau makan. Ia menjadi sangat sedih. Akibatnya, tubuhnya semakin hari semakin lemah. Keadaan itu kontan membuat pemilik burung itu menjadi kuatir, kalau-kalau burung merpati jantan kesayangannya itu juga mati. Ia pun mencari seekor burung merpati betina yang bulunya cantik dan parasnya elok. Menurut pemilik burung itu, dengan demikian merpati betina itu menemani sang jantan yang gagah itu.
Ia berpikir, tentu si jantan mau makan kembali dan akan hidup jauh lebih harmonis bila memiliki pasangan yang lebih cantik. Anehnya, merpati jantan tetap tidak terpengaruh oleh kecantikan pasangan barunya. Ia tetap tidak mau makan. Tidak lama kemudian merpati jantan itu pun mati.
Kisah ini berbicara tentang kesetiaan dalam hidup yang nyata. Sering orang beranggapan bahwa kesetiaan itu cukup diucapkan di bibir saja. Kesetiaan itu tidak perlu dipraktekkan dalam hidup sehari-hari. Tentu hal ini tidak benar. Kesetiaan itu mesti menjadi nyata dalam praktek hidup sehari-hari. Tanpa kesetiaan, hidup tidak memiliki makna. Tanpa kesetiaan suami istri, hidup hanya dihiasi oleh rasa curiga. Kalau suami istri sudah terlibat dalam kecurigaan, kebahagiaan mereka pun terkikis. Lama-kelamaan pasangan seperti ini akan dilanda oleh ketidakharmonisan.
Karena itu, kesetiaan dalam hidup yang konkret itu mutlak diperlukan. Tanpa kesetiaan, hidup ini menjadi hambar. Bagai sayur tanpa garam. Hidup ini hanya dikuasai oleh emosi yang tidak bisa dikendalikan. Untuk itu, orang mesti berjuang untuk menghiasi hidupnya dengan kesetiaan yang mendalam. Kesetiaan seperti ini tidak datang dengan sendirinya. Kesetiaan seperti ini biasanya diperjuangkan dalam hidup yang nyata.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk hidup saling setia. Artinya, kita mau memegang teguh komitmen yang telah kita buat bersama. Bagi para pasangan suami istri, komitmen mereka ketika mengikrarkan janji setia sebagai suami istri mesti menjadi andalan hidup. Hanya dengan berpegang teguh pada komitmen seperti ini sebuah keluarga akan mengalami sukacita dan bahagia. Keluarga seperti ini akan langgeng dalam menapaki hidup. Keluarga seperti ini akan menemukan keindahan dalam hidup sehari-hari. Kesetiaan itu bukan hanya mimpi. Kesetiaan itu sungguh-sungguh nyata dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
276
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.