Suatu pagi, seorang bapak merasa sangat gelisah. Pasalnya, ia sudah bangun jam dua pagi. Ia tidak tahu mau buat apa. Ia bingung. Sementara seisi keluarganya yang lain masih tidur nyenyak.
Namun setelah termenung beberapa saat, ia menuju meja kerjanya. Ia mulai mengambil kanvas, kuas, cat air dan mulai melukis. Ia memang seorang pelukis yang terkenal di kotanya. Awalnya ia mengalami kesulitan untuk mencari tema atas lukisannya. Setelah tangannya mulai menggoreskan kuas di atas kanvas, muncullah sebuah tema yang menarik: seorang gadis cantik sedang tersenyum di pagi hari.
Pelukis itu menyelesaikan lukisannya dengan sangat cepat, begitu tema itu muncul di benaknya. Istrinya yang bangun jam tiga dibuatnya tercengang-cengang. Ia berdecak kagum melihat suaminya menghasilkan sebuah lukisan yang indah di pagi hari itu. Ia tersenyum kepada suaminya. Ternyata senyumnya tidak jauh berbeda dengan senyum gadis cantik di pagi hari hasil lukisan suaminya. Ia terkejut. Ia seolah sedang berhadapan dengan sebuah cermin besar.
“Pak, bapak sedang melukis wajah saya? Itu kan wajah saya, ketika saya masih muda,” kata istrinya.
“Apa benar? Saya tidak sengaja melukis wajahmu,” jawab suaminya dengan ekspresi wajah yang kurang percaya.
“Benar, Pak. Itu saya,” istrinya meyakinkan. Ia melonjak kegirangan.
Suaminya menggeleng-gelengkan kepalanya. Baru kali ini istrinya menjadi model bagi lukisan-lukisannya. Namun ia melukis wajah istrinya itu ketika ia sedang tertidur lelap. Ia tidak habis pikir, mengapa bisa terjadi seperti itu.
Ketika cinta sudah melekat, orang sulit untuk saling melupakan. Bahkan cinta suami istri seperti kisah ini menunjukkan betapa cinta yang mendalam itu membawa semangat hidup. Ada energi yang tumbuh dan berkembang dalam hidup berkeluarga.
Tentu saja cinta seperti ini sudah dibangun begitu lama. Ada proses jatuh dan bangun yang mesti mereka hadapi. Kadang-kadang ada luka yang mesti mereka obati bersama. Ada juga persoalan-persoalan yang mesti mereka lalui. Namun semua itu dapat dilalui berkat kuatnya cinta yang hidup di dalam hati mereka.
Tuhan juga senantiasa mencintai kita manusia. Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia berjuang sendirian dalam perjalanan hidupnya. Tuhan mau terlibat dalam suka dan duka hidup manusia. Itulah cinta Tuhan kepada manusia.
Nah, sebagai orang beriman, kita diajak untuk mencintai Tuhan dan sesama dalam hidup sehari-hari. Dengan cinta itu, kita memiliki semangat untuk terus-menerus berjuang dalam meraih kebahagiaan hidup ini. Energi cinta itu mesti ditumbuhkan dan dikembangkan dalam hidup yang nyata. Dengan demikian kita semakin kuat dalam membangun hidup bersama orang lain di sekitar kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
268
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.