Pages

06 Desember 2009

Proses Belajar Terus-menerus



Ada seorang gadis mudah sekali terbakar emosinya. Ia mudah marah tanpa alasan yang jelas. Setiap orang yang ada di dekatnya pasti dimarahinya kalau ia sedang mengalami suatu kesulitan. Ia juga tidak tahu mengapa ia jadi begitu.

Menyadari kondisi dirinya seperti itu, ia berusaha untuk mengatasinya dengan berbagai cara. Ia mendatangi psikolog untuk mengkonsultasikan kondisi emosinya yang tidak stabil itu. Ia meminta nasihat dari teman-temannya yang sebaya. Namun semua itu seolah sia-sia belaka. Emosinya tetap saja mudah sekali terbakar. Ia menjadi galak.

Suatu hari ia masuk ke rumah ibadat. Di sana ia berdoa, “Tuhan, berilah saya kesabaran. Saya tidak ingin hidup saya dipenuhi oleh emosi yang meluap-luap.”

Lama sekali ia berdoa di tempat ibadat itu. Namun ia merasa doanya tidak dikabulkan oleh Tuhan. Ia marah-marah kepada Tuhan. Ia sewot. Kenapa Tuhan tidak mau mendengarkan jeritan batinnya?

Setelah keluar dari rumah ibadat itu, ia bertemu dengan seorang pengemis yang meminta sedekah. Gadis itu semakin sewot. Melihat gadis yang sedang marah itu, pengemis itu tersenyum. Lalu ia berkata, “Hai gadis muda, Anda minta diberi kesabaran oleh Tuhan. Ingat, kesabaran itu hasil dari kesulitan. Kesabaran itu tidak dihadiahkan begitu saja kepadamu. Kamu harus mempelajari kesabaran itu.”

Mendengar kata-kata pengemis itu, gadis itu menjadi tenang. Ia menatap mata pengemis itu dalam-dalam. Sedikit demi sedikit ia mulai menyadari bahwa selama ini ia tidak pernah belajar untuk sabar. Ia selalu ingin memiliki kesabaran itu, namun ia tidak mau masuk dalam proses kesabaran itu.

Ada orang yang beranggapan bahwa mereka dilahirkan secara demikian. Tidak ada yang dapat diubah lagi dari hidup mereka. Karena itu, mereka menjadi orang-orang tidak mudah untuk belajar sesuatu yang baru. Mereka tidak mau berproses untuk menjadi lebih baik. Tentu anggapan seperti ini keliru. Mengapa? Karena manusia itu makhluk yang mesti selalu bertumbuh dalam berbagai aspek kehidupan.

Orang yang sabar, misalnya, itu tidak tiba-tiba sabar. Ia mengalami proses dalam mencapai kesabaran itu. Dalam proses itu orang mengalami kesulitan-kesulitan yang mesti ia lewati. Kalau orang sungguh-sungguh ingin memiliki kesabaran dalam hidupnya, ia mesti berusaha terus-menerus. Kesulitan-kesulitan itu menjadi kesempatan baginya untuk memurnikan cita-citanya untuk menjadi orang yang sabar.

Proses belajar untuk menjadi sabar itu mesti dinikmati. Orang yang ingin berhasil dalam proses belajar ini mesti berani berkorban. Karena itu, mari kita masuk dalam proses belajar kehidupan yang berjalan terus-menerus. Dengan demikian kita menjadi orang-orang yang dapat meraih apa yang kita cita-citakan dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

252

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.