Seorang pesenam dari Jepang meraih medali emas impiannya setelah menari dengan indah di olimpiade. Padahal sehari sebelumnya, tumitnya retak. Dokter tim senam Jepang mengatakan bahwa ia akan cacat seumur hidupnya.
Karena itu, ia disarankan untuk tidak mengikuti lomba senam di final. Ia sangat sedih mendengar saran itu. Namun ia punya tekad. Ia maju untuk berlomba di final keesokan harinya. Ia yakin, ia akan dapat meraih medali emas yang diimpikannya.
Ia berkata dalam hatinya, “Kalau nanti saya harus cacat seumur hidup tidak apa-apa. Saya harus menghadapi resiko itu. Medali emas belum tentu akan saya raih untuk kedua kalinya.”
Keesokan harinya ia menuju lapangan senam untuk bertanding di final. Saat-saat mendebarkan yang ia tunggu-tunggu itu pun tiba. Ia melompat-lompat di atas papan senam dengan gemulai seolah-olah tidak ada yang terjadi dengan kakinya yang cedera. Ia berhasil meraih poin paling tinggi. Ia merebut medali emas impiannya. Saat itu menjadi saat yang sangat membahagiakan baginya. Ia lupa akan rasa sakit di kakinya. Hari itu hari yang istimewa baginya.
Ternyata setelah cedera kakinya itu diperiksa lagi oleh dokter, hasilnya memuaskan. Ia tidak akan mengalami cacat seumur hidup. Ia boleh menikmati kesuksesannya.
Sahabat, sering situasi hidup membelenggu manusia. Ketika orang mengalami sakit atau cedera, orang merasa seolah-olah hidupnya akan berakhir. Banyak orang lalu merasa putus asa. Tidak ada harapan lagi untuk hidup. Tidak ada kesempatan lagi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.
Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang mesti berani mengambil resiko atas hidupnya. Orang tidak perlu terpaku pada kesedihan yang dihadapinya. Dalam situasi sulit sebenarnya masih ada kesempatan-kesempatan untuk maju dan berkembang. Menyerah pada keadaan hanya membuat orang semakin menderita.
Orang mesti berani mengambil keputusan atas hidupnya. Tentu saja keberanian itu dilandasi oleh keunggulan-keunggulan yang dimiliki. Orang yang tidak punya keberanian untuk menghadapi resiko biasanya orang yang sulit untuk maju. Orang seperti ini sering tersendat-sendat dalam hidupnya. Orang yang tidak bisa maju dalam hidupnya. Orang seperti ini orang yang mengalami stagnasi dalam hidupnya.
Karena itu, orang beriman adalah orang yang berani mempertaruhkan hidupnya. Orang yang mengandalkan Tuhan dalam menghadapi resiko-resiko yang akan terjadi atas hidupnya. Orang beriman yang mudah meratapi kenyataan hidupnya yang sulit tidak sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan.
Mari kita berusaha terus-menerus untuk mengatasi berbagai persoalan hidup kita. Hanya dengan berusaha kita akan menemukan kesuksesan dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Karena itu, ia disarankan untuk tidak mengikuti lomba senam di final. Ia sangat sedih mendengar saran itu. Namun ia punya tekad. Ia maju untuk berlomba di final keesokan harinya. Ia yakin, ia akan dapat meraih medali emas yang diimpikannya.
Ia berkata dalam hatinya, “Kalau nanti saya harus cacat seumur hidup tidak apa-apa. Saya harus menghadapi resiko itu. Medali emas belum tentu akan saya raih untuk kedua kalinya.”
Keesokan harinya ia menuju lapangan senam untuk bertanding di final. Saat-saat mendebarkan yang ia tunggu-tunggu itu pun tiba. Ia melompat-lompat di atas papan senam dengan gemulai seolah-olah tidak ada yang terjadi dengan kakinya yang cedera. Ia berhasil meraih poin paling tinggi. Ia merebut medali emas impiannya. Saat itu menjadi saat yang sangat membahagiakan baginya. Ia lupa akan rasa sakit di kakinya. Hari itu hari yang istimewa baginya.
Ternyata setelah cedera kakinya itu diperiksa lagi oleh dokter, hasilnya memuaskan. Ia tidak akan mengalami cacat seumur hidup. Ia boleh menikmati kesuksesannya.
Sahabat, sering situasi hidup membelenggu manusia. Ketika orang mengalami sakit atau cedera, orang merasa seolah-olah hidupnya akan berakhir. Banyak orang lalu merasa putus asa. Tidak ada harapan lagi untuk hidup. Tidak ada kesempatan lagi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.
Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang mesti berani mengambil resiko atas hidupnya. Orang tidak perlu terpaku pada kesedihan yang dihadapinya. Dalam situasi sulit sebenarnya masih ada kesempatan-kesempatan untuk maju dan berkembang. Menyerah pada keadaan hanya membuat orang semakin menderita.
Orang mesti berani mengambil keputusan atas hidupnya. Tentu saja keberanian itu dilandasi oleh keunggulan-keunggulan yang dimiliki. Orang yang tidak punya keberanian untuk menghadapi resiko biasanya orang yang sulit untuk maju. Orang seperti ini sering tersendat-sendat dalam hidupnya. Orang yang tidak bisa maju dalam hidupnya. Orang seperti ini orang yang mengalami stagnasi dalam hidupnya.
Karena itu, orang beriman adalah orang yang berani mempertaruhkan hidupnya. Orang yang mengandalkan Tuhan dalam menghadapi resiko-resiko yang akan terjadi atas hidupnya. Orang beriman yang mudah meratapi kenyataan hidupnya yang sulit tidak sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan.
Mari kita berusaha terus-menerus untuk mengatasi berbagai persoalan hidup kita. Hanya dengan berusaha kita akan menemukan kesuksesan dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
1 komentar:
sip deh
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.