Pages

29 Januari 2011

Tidak Perlu Salahkan Tuhan




Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam, yaitu Amerika Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh. Ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.

Seorang penggemar menulis surat padanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"

Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?' Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?'"

Sahabat, banyak orang tidak mau menerima kenyataan pahit hidup mereka. Dengan mudah mereka menyalahkan orang lain. Atau dengan gusar mereka melimpahkan kemarahan mereka itu kepada Tuhan. Seolah-olah orang lain atau Tuhan yang mesti bertanggung jawab atas penderitaan dan kemalangan hidup mereka. Padahal sering yang terjadi adalah manusia dengan kehendak bebas melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Karena manusia tidak mau bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. Manusia lari dari tanggung jawab. Manusia tidak mau menderita akibat dari perbuatannya yang jahat.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa dalam situasi menderita orang tidak perlu menyalahkan orang lain. Orang tidak perlu menyalahkan Tuhan. Mengapa? Karena orang secara bebas melakukan hal-hal yang baik dan benar dalam hidupnya. Orang tidak dipaksa untuk melakukannya. Karena itu, orang mesti berani menghadapi apa pun resiko yang akan ditanggungnya.

Sebagai orang beriman, kita mesti berani bertanggungjawab atas apa yang kita lakukan. Setiap saat kita menerima kebaikan demi kebaikan dari Tuhan. Mengapa ketika kita mengalami hidup yang kurang menyenangkan, kita menyalahkan orang lain? mengapa kita mesti menyalahkan Tuhan yang telah memberi kita kebebasan untuk melakukan apa saja bagi hidup kita?

Mari kita berusaha untuk menyerahkan hidup kita kepada penyelenggaraan Tuhan. Dalam suka dan duka hidup ini, kita mesti tetap berpegang teguh pada kekuatan iman kita. Kita mesti berani memiliki komitmen untuk tetap patuh setia kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

600

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.