Ada seorang anak yang suka menghindar. Setiap kesalahan yang diperbuatnya selalu dilemparkan kepada orang lain. Ia selalu berusaha mengelak. Dia berkata, “Itu bukan kesalahanku. Kenapa aku yang dipersalahkan?”
Dengan mengelak seperti itu, ia tidak perlu dipersalahkan. Ia lolos dari suatu masalah. Ia membebankan masalah atau kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain. Namun kata pepatah, sepandai-pandai tupai melompat, sekali-sekali ia jatuh ke tanah juga. Suatu kali anak itu kena batunya. Ia tidak bisa mengelak dari kesalahan yang diperbuatnya. Ada bukti-bukti yang tidak bisa ia elak lagi. Ia terpaksa mengakui perbuatannya yang salah itu.
Ia kesal terhadap hal itu. Ia berteriak-teriak. Ia tidak mau menerima kesalahan yang dibuatnya sendiri itu. Ia bersungut-sungut. Ia berusaha untuk mengalihkan perhatian orang-orang terhadap persoalan yang lain. Namun kali ini ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia harus menanggung akibat dari kesalahan yang diperbuatnya.
Sahabat, banyak orang sering tidak mau bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya. Bisa berbuat, tetapi enggan bertanggungjawab. Mengapa? Karena orang tidak berani menanggung resiko atas apa yang dilakukannya. Orang melarikan diri dari resiko dengan mengatakan bahwa ia tidak melakukannya. Dengan demikian, mereka tidak perlu menanggung akibat dari perbuatannya.
Mochtar Lubis mengatakan bahwa inilah salah satu ciri orang Indonesia. Beliau mengatakan bahwa dengan mengatakan tidak terhadap apa yang dilakukannya, seseorang ingin melepaskan tanggung jawab. Hal ini umum terjadi di Indonesia. Bahkan orang yang sudah jelas-jelas kedapatan bersalah masih juga membela diri.
Untuk itu, orang mesti berubah. Yang salah katakan salah. Yang benar katakan benar. Tidak perlu membuat rekayasa yang membingungkan banyak orang. Orang mesti berani menghadapi resiko apa pun yang akan terjadi. Keberanian untuk bertanggung jawab itu bagian dari iman. Orang mesti berani mempertanggungjawabkan imannya di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan demikian, orang tetap bertahan dalam kebaikan.
Sebagai orang beriman, kita mesti berani bertanggungjawab apa yang kita lakukan. Sekecil apa pun kesalahan yang kita lakukan, kita mesti mempertanggungjawabkannya. Kita tidak perlu kuatir atau takut terhadap resiko yang akan kita hadapi. Keberanian kita menunjukkan bahwa kita mau bersungguh-sungguh dalam iman akan Tuhan.
Untuk itu, kita mesti memasrahkan hidup kita kepada Tuhan. Kita mesti yakin bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan membimbing hidup kita. Tuhan selalu peduli terhadap hidup kita. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita berjuang sendirian. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
586
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.