Apa yang sesungguhnya terjadi sebelum kecelakaan tragis yang menimpa kapal Titanic? Menurut harian Wahington Post, apa yang ada di balik terjadinya insiden tragis itu adalah ketidakpedulian. Dan dari hasil penyelidikan, diperoleh suatu fakta, petugas yang berada di ruang kendali telah diperingatkan oleh petugas pengawas melalui telepon yang berdering. Tetapi oleh karena petugas itu terlalu sibuk dengan tugasnya, telepon yang berdering itupun tidak begitu dipedulikan.
Satu menit berlalu. Pada menit kedua, si petugas tetap tidak mau diganggu oleh karena terlalu sibuk. Menit ketigapun berlalu dengan begitu cepat. Setelah si petugas tersebut menyelesaikan tugasnya, barulah ia mengangkat telepon itu. Ia memperoleh sebuah pesan yang berbunyi, “Ini tempat pengintai pada haluan. Gunug es persis di depan! Putar Haluan!”
Dengan sigap si petugas berlari ke ruang kendali, tapi sudah terlambat! Dan kapal kebanggaan itupun menabrak gunung es hingga menewaskan 1600 Jiwa. Kalau saja petugas menanggapi telepon itu, mungkin kapal Titanic tidak akan menabrak gunung es. Tiga kesempatan dilewatkan begitu saja dan ketika hendak menanggapi telepon itu, ia sudah terlambat!
Sahabat, kalau kita merefleksikan perjalanan hidup kita, kita akan menemukan begitu banyak kesempatan baik yang berlalu begitu saja. Ada begitu banyak hal baik yang semestinya kita tangkap untuk kehidupan kita. Namun semuanya itu berlalu begitu saja karena ketidakpedulian kita.
Ketidakpedulian itu dapat mengakibatkan tragedi dalam hidup kita. Ketidakpedulian sering menunjukkan kedegilan hati manusia terhadap hidup dirinya dan sesamanya. Situasi seperti ini sering menjadi awal suatu kehidupan yang runyam. Suatu kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan bagi hidup ini.
Setiap hari sebenarnya kita mendapatkan peringatan dari Tuhan melalui situasi hidup di sekeliling kita. Tujuannya demi keselamatan dan kebahagiaan hidup kita. Tuhan tidak pernah ingin menyakiti hidup kita. Dia tidak mau hidup kita ini celaka. Yang dikehendaki Tuhan adalah suatu kehidupan yang damai dalam sukacita. Karena itu, orang mesti mendengarkan peringatan-peringatan itu.
Kisah tadi mesti menjadi inspirasi bagi kita untuk rela mendengarkan peringatan-peringatan dari Tuhan melalui sesama. Ketika kita salah jalan, Tuhan mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang benar. Ketika kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat hidup orang beriman, Tuhan mengingatkan kita untuk kembali ke semangat iman kita.
Karena itu, kita mesti memasang telinga terhadap peringatan-peringatan itu, agar kita tidak terpeleset. Dengan demikian, tragedi kehidupan tidak menimpa diri kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.