Pages

23 Januari 2011

Sikap Siap Sedia dalam Membangun Hidup


Suatu hari saya bepergian jauh dengan mengendarai motor. Waktu itu musim hujan. Semua perlengkapan saya bawa, kecuali mantol hujan. Saya lupa di mana saya meletakkan mantol itu. Di tengah perjalanan baru saya ingat bahwa saya tidak bawa mantol hujan. Namun saya jalan terus. Saya tidak mau kembali, karena saya sudah menempuh perjalanan sejauh lima puluh kilometer. Saya tidak mau membuang-buang waktu. Saya meneruskan perjalanan. Apa pun yang akan terjadi, terjadilah.

Benar. Tidak berapa lama kemudian hujan rintik-rintik mulai turun membasahi dedaunan. Beberapa saat kemudian hujan deras pun menerpa bumi. Saya belum mau minggir untuk berteduh. Saya masih mau mencoba untuk berjalan terus. Akhirnya, saya pun basah kuyup. Lantas saya pun minggir untuk berteduh di sebuah rumah makan sederhana di pinggir jalan.

Melihat keadaan saya yang basah kuyup, pemilik rumah makan itu mempersilakan saya untuk masuk ke ruang yang lebih hangat. Kebetulan saya bawa pakaian ganti. Jadi saya bisa mengganti celana dan baju yang basah kuyup itu. Pemilik rumah itu heran memandang saya. Ia berkata, ”Lain kali harus bawa mantol hujan. Sekarang ini sedang musim hujan. Sering terjadi hujan.”

Saya tersenyum mendengar nasihatnya. Saya tahu bahwa di musim hujan, mantol hujan semestinya tidak jauh-jauh dari motor saya. Tetapi karena kelalaian, saya mesti mengalami basah kuyup.

Sahabat, pepatah mengatakan bahwa kita mesti sedia payung sebelum hujan. Artinya, orang mesti selalu sedia untuk melengkapi dirinya dengan hal-hal dasar. Hal-hal yang sungguh-sungguh dibutuhkan dalam hidup ini. Dengan demikian, orang tidak perlu mengalami penderitaan dalam hidup ini.

Orang yang selalu menyiapkan apa yang dibutuhkan adalah orang yang peduli terhadap hidupnya. Orang yang ingin agar hidupnya tenteram dan nyaman. Orang yang tidak ingin kekuatiran menaungi dirinya. Mengapa? Karena kekuatiran hanya membuat orang mengalami kegundahan dalam hidupnya.

Sikap siap sedia sebenarnya tidak hanya berlaku pada hal-hal yang kita butuhkan. Tetapi sikap siap sedia juga mesti diberlakukan dalam membangun relasi dengan Tuhan dan sesama. Dalam relasi dengan Tuhan, orang mesti memiliki hati yang siap sedia untuk menerima setiap ajaran yang diberikan Tuhan. Artinya, orang mau menyediakan hatinya menjadi tempat tinggal bagi Tuhan.

Dalam relasi dengan sesama, orang mesti berani menerima sesamanya dalam hidupnya. Orang beriman itu orang yang tidak menolak kehadiran sesamanya. Orang yang senantiasa membuka hatinya lebar-lebar bagi kehadiran sesamanya. Orang beriman itu orang yang senantiasa mau membahagiakan sesamanya. Mari kita menyiapkan hati kita bagi Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


598

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.