Beberapa hari terakhir ini (Februari 2010) media-media marak memberitakan tentang kegiatan jiplak-menjiplak karya ilmiah. Ada skripsi yang dijiplak. Ada guru besar yang tertangkap tangan menjiplak karya orang lain. Aktivitas ini menunjukkan rendahnya mutu pendidikan di negeri ini. Ada orang yang ingin sukses dengan jalan pintas. Akibatnya, mutu dirinya tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Namun kegiatan jiplak-menjiplak itu juga menunjukkan ketidakjujuran. Orang tidak jujur terhadap kemampuan dirinya sendiri. Orang berani berbohong demi memiliki gelar atau titel yang tinggi. Menurut Dr William Chang, kegiatan jiplak-menjiplak adalah tindak kebohongan yang mesti diberantas.
Ia berkata,”Ketidakjujuran ini sudah holistik, mengakar, merambah keluarga, masyarakat, dunia pendidikan dan pemerintahan. Ini cermin dekadensi moral.”
Untuk itu, apa yang mesti dilakukan untuk menghentikan kegiatan jiplak-menjiplak ini? Yang pertama-tama mesti dibuat adalah orang mesti menyadari bahwa pendidikan itu bukan hanya sekedar mengejar angka-angka dalam raport. Yang mesti ditekankan di dunia pendidikan adalah manusia belajar untuk hidup. Yang pertama-tama yang mesti disadari adalah nilai-nilai yang diraih dalam pendidikan itu untuk mendukung hidup manusia.
Sahabat, tentu saja kita merasa sedih mendengar kegiatan jiplak-menjiplak yang marak terjadi di negeri ini. Mengapa? Karena dunia pendidikan kita sudah semakin rendah mutunya. Kita terpuruk di segala bidang kehidupan. Padahal kita semestinya bangkit untuk meraih nilai-nilai kehidupan yang lebih tinggi.
Mengapa kegiatan jiplak-menjiplak bisa terjadi di negeri ini? Menurut sementara orang, kegiatan ini bisa terjadi karena orang tidak mau repot-repot melakukan penelitian ilmiah. Orang merasa bahwa dengan uang yang dimilikinya, ia dapat membeli hasil karya ilmiah milik orang lain.
Penyebab lain adalah komersialisasi di bidang karya ilmiah sudah sedemikian semarak. Akibatnya, lahir sarjana-sarjana dengan titel yang mengagumkan, tetapi bobot ilmiahnya rendah.
Tentu saja kita semua ingin agar pendidikan kita dihiasi oleh nilai-nilai kejujuran. Karena itu, semua pihak mesti berusaha untuk memberantas kegiatan jiplak-menjiplak ini. Caranya adalah dengan secara dini menanamkan nilai-nilai kejujuran di sekolah-sekolah. Ketika seorang pelajar tertangkap tangan menyontek saat ulangan atau ujian, ia mesti diberi sanksi yang berat.
Sebagai orang beriman, kita ingin agar kita lebih jujur dalam hidup ini, termasuk dalam dunia akademis. Kejujuran dalam hal ini menunjukkan bahwa kita orang-orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan. Orang yang jujur akan mendapatkan banyak hal baik dalam hidupnya. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
679
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.