Pages

10 Mei 2011

Meningkatkan Mutu Hidup dan Pelayanan


Krispy Kreme membuat 2,7 miliar donat dalam setahun. Pada tahun 2003, perusahaan ini mendapat julukan "merek terhangat di Amerika." Di tahun 2000, sahamnya meningkat empat kali lipat. Seluruh jaringannya menghasilkan miliaran dolar per tahun dari lebih 300 gerainya.

Scott Livengood, CEO Krispy Kreme, berkata, ”Produk kami tidak menyolok dan perusahaannya juga tidak baru. Kami berdiri sejak tahun 1937 dan citra mereknya sebenarnya cenderung kuno.”

Lalu apa yang bisa kita pelajari hingga mereka bisa mengubah donat menjadi bisnis miliaran dollar? Menurut Stan Parker, Wakil Direktur senior Krispy Kreme, rahasianya adalah perusahaannya menomorsatukan kesegaran sebagai ciri khasnya. Donatnya selalu dalam keadaan hangat, ketika disajikan pada konsumen.

Namun, sebenarnya bukan hanya itu. Satu hal lain yang menonjol dari Krispy Kreme adalah kegiatan amalnya pada masyarakat. Salah satu contoh adalah perusahaan menjual donat dengan setengah harga kepada golongan masyarakat tertentu. Dari situ mereka bisa menjual kembali dengan harga penuh. Perusahaan juga sering memberikan donat gratis kepada stasiun TV, surat kabar dan stasiun radio sebelum memasuki pasar.

Hingga kini, di Amerika nama Krispy Kreme begitu lekat di benak masyarakat. Ketulusan Krispy Kreme dalam beramal pada akhirnya membuat mereka menuai hasil manis. Citra sebagai donat yang selalu tersaji hangat ditambah dengan kesan yang melekat di hati masyarakat dengan gerakan amalnya.

Sahabat, sekarang ini banyak orang mengeluh tentang pelayanan yang kurang baik dari lembaga-lembaga tertentu. Mengapa dikeluhkan? Karena pelayanan yang baik itu dambaan setiap orang. Orang ingin dilayani dengan baik. Karena itu, orang ingin agar sesuatu yang disajikan itu dilakukan dengan hati yang tulus.

Kisah sukses Krispy Kreme tadi mau mengatakan kepada kita bahwa pelayanan yang baik itu mesti senantiasa dipertahankan. Hasil dari suatu pelayanan yang baik akan muncul kemudian. Ketika orang tidak mengeluhkan sistim pelayanan yang diberikan, orang akan menggunakannya dengan baik. Bahkan orang akan mempromosikan produk tersebut kepada semakin banyak orang.

Kecenderungan kita di negeri ini adalah kita sering lupa untuk tetap setia melayani orang lain. Sebuah rumah makan, misalnya, mesti senantiasa mempertahankan mutu makanannya dan pelayanannya. Yang sering kita temukan adalah begitu usaha sudah tumbuh subur, orang merasa tidak perlu lagi meningkatkan mutu dan pelayanan. Akibatnya, usaha seperti ini sering gulung tikar. Konsumen tidak lagi mau menggunakannya.

Orang beriman mesti senantiasa meningkatkan mutu hidupnya. Orang beriman mesti tidak mudah terpancing oleh layanan instan yang memudahkan orang untuk lupa meningkatkan mutu hidup dan pelayanannya. Orang yang senantiasa meningkatkan mutu hidup dan pelayanannya akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

676

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.