Pages

04 Mei 2010

Memiliki Kepekaan terhadap Sesama

Setelah terjadi hujan lebat yang mendatangkan banjir dan menghanyutkan puluhan rumah penduduk di daerah kumuh, seorang pendeta datang mengunjungi tempat itu. Ketika tiba di daerah kumuh yang terkenal itu, pendeta itu melihat seorang anak berdiri telanjang di depan sebuah rumah. Dinding rumah yang terbuat dari sisa-sisa sampah itu telah hanyut dibawa banjir. Sekilas pandang, segala yang ada dalam rumah tersebut bisa dilihat tanpa hambatan apa pun, karena memang rumah tersebut tak berdinding. Dengan penuh rasa belas kasih pendeta itu bertanya, “Di mana ibumu?”

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut anak itu. Matanya memandang jauh ke depan. Namun pancaran matanya mengatakan bahwa ia tak memiliki masa depan yang jelas. Ia telah kehilangan segalanya. Kedua orangtuanya telah hanyut bersama banjir. Dan satu-satunya yang kini ia miliki cuma sebuah rumah tak berdinding, sebuah rumah tak beratap. Matanya jauh menatap sebuah kehampaan.

Sang pendeta seakan mendapat pukulan yang keras dalam batinnya. Kata-kata Sang Gurunya terdengar jelas di telinga pendeta itu, “Aku datang agar kamu memperoleh kepenuhan hidup.”

Namun apakah anak ini memperoleh kehidupan yang penuh? Suatu kepenuhan dalam kehampaan? Dalam kebisuannya, anak itu seakan berkata, “Aku butuh uluran tanganmu.”

Pendeta itu bertanya keras, “Apakah yang harus aku perbuat?” Peristiwa ini ternyata menjadi awal pertobatan pendeta tersebut, yang selanjutnya mengabdikan diri untuk hidup bersama kaum miskin, membantu mereka untuk bangun dan membantu diri sendiri.

Di sekitar kita ada begitu banyak orang yang kurang beruntung. Tentu itu bukan kehendak mereka untuk hidup dalam kemalangan dan kemiskinan. Mereka hidup dalam situasi terpaksa.

Ada seorang bupati yang sangat memiliki perhatian bagi rakyatnya yang menderita. Ia membuat program-program untuk mengentas kemiskinan di wilayahnya. Dia menggunakan dana taktis yang biasanya dikucurkan setiap tahun. Jadilah para tukang becak di wilayah kabupatennya dapat memiliki rumah sederhana melalui kredit murah. Ia juga memberi beasiswa bagi anak-anak miskin. Bahkan ia membebaskan biaya sekolah bagi warganya sampai sembilan tahun. Cita-citanya adalah setiap warga di kabupatennya memiliki hidup yang lebih baik.

Tentu hal seperti ini sungguh luar biasa. Seorang pemimpin mesti memiliki kepekaan terhadap sesamanya. Seorang pemimpin mesti memperhatikan sesamanya yang menderita. Dan caranya adalah dengan membuat program-program kerja yang dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

Setiap hari Anda sudah bekerja keras untuk keluarga Anda. Pertanyaannya, apakah di sela-sela kesibukan Anda, Anda masih memiliki hati bagi sesama yang kurang beruntung? Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

367

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.