Pages

02 Desember 2009

Melibatkan Tuhan dalam Hidup Kita

Melibatkan Tuhan dalam Hidup Kita

Seorang ibu menderita kanker indung telur stadium empat. Tiga setengah tahun lalu dokter mengatakan bahwa ia hanya punya waktu empat bulan lagi untuk hidup. Dokter tidak berani mengadakan operasi pengangkatan rahim. Untuk sembuh kembali, ia mesti menjalani kemoterapi. Setelah menjalani kemoterapi sebanyak enam kali, kanker itu hilang. Kini ia masih hidup.


Hal yang sangat ajaib bagi ibu itu adalah saat-saat menghadapi perjalanan hidup yang tidak menentu itu. Kadang-kadang ia merasa begitu kuat untuk menghadapi penyakitnya itu. Namun kadang-kadang pula ia merasa tidak memiliki kekuatan. Ia merasa lemas, ketika mendengar sesama temannya yang menjalani kemoteraspi satu per satu meninggal dunia.


Ia berkata, “Saya tidak bisa mengerti mengapa saya masih hidup. Padahal banyak teman-teman saya yang menjalani kemo dengan saya meninggal dunia. Tetapi satu hal yang pasti adalah saya selalu berdoa kepada Tuhan. Saya yakin kekuatan doa itu telah memberi semangat kepada saya.”


Selama menjalani proses penyembuhan atas penyakitnya, ibu ini selalu menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia pasrah kepada Tuhan. Apa pun yang akan terjadi atas dirinya, ia serahkan seluruhnya kepada Tuhan. Baginya, hanya Tuhan yang dapat mengatasi penyakitnya.


Ia berkata, “Saya yakin, Tuhan masih mencintai saya. Tuhan tidak pernah meninggalkan saya berjuang sendirian menghadapi penyakit ini. Terlalu berat kalau saya hanya menghadapinya sendiri.” Berkat keyakinannya itu, ia sembuh total dari kanker ganas itu.


Kisah seperti ini bagai suatu kisah khayalan. Namun ini sungguh-sungguh terjadi dalam hidup manusia. Ternyata Tuhan mau intervensi ke dalam perjalanan hidup manusia. Tuhan tidak membiarkan manusia menderita seorang diri. Tuhan mau melibatkan diri dalam suka dan duka hidup manusia.


Kesadaran akan hal ini sering kali kurang. Orang lebih mendahulukan kemampuannya, kekuatannya. Setelah orang mengalami jalan buntu, baru mereka berseru-seru kepada Tuhan. Pantaskah sikap demikian sebagai orang-orang yang mengimani Tuhan?


Untuk itu, sebagai orang beriman kita diajak untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam hidup kita sejak dini. Janganlah ketika kita mengalami kesulitan baru kita berseru minta tolong kepada Tuhan. Sejak awal kita mesti berusaha untuk selalu hidup bersama Tuhan. Sebenarnya Tuhan tidak jauh dari hidup kita. Ia ada di dalam hati kita. Ia ada di dalam saku kita. Ia ada di dalam dompet kita. Bukankah kita percaya bahwa Tuhan itu ada di mana-mana?


Mari kita berserah diri kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dia selalu menjadi bagian dalam perjuangan hidup kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.