Pages

15 Desember 2013

Membiarkan Tuhan Menuntun Hidup Kita


Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda merasa seolah-olah terjadi kebuntuan dalam hidup Anda? Anda mencari dan menemukan jalan sendiri? Atau Anda meminta kepada Tuhan untuk membantu Anda?

Ada seorang remaja, ketika lulus SMA, hanya mempunyai satu pilihan untuk kuliah perhotelan. Menurutnya, hal ini sesuai dengan minatnya. Ia berpikir tujuan hidupnya adalah untuk menjadi seorang peramu minuman. Tes demi tes dilewatinya. Namun pada tes terakhir dia gagal. Hal itu membuatnya frustrasi.

Namun pada saat membaca sebuah koran, ia menemukan sebuah pengumuman masuk perguruan tinggi negeri untuk jurusan memasak. Pertama kali ia mengetahui ada jurusan tersebut di sebuah perguruan tinggi. Ia diterima di perguruan tinggi tersebut. Ia belajar sambil bekerja.

Bagi remaja itu, penerimaan terhadap dirinya di perguruan tinggi itu bukan suatu kebetulan. Itu adalah rahmat Tuhan yang ia dapatkan dalam perjalanan hidupnya. Karena itu, ia mau belajar dengan baik. Ia ingin meraih cita-cita bekerja di sebuah hotel sebagai tukang masak di sana.

Ternyata apa yang dia cita-citakan dapat ia raih. Begitu lulus dari perguruan tinggi tersebut, ia diterima di sebuah hotel berbintang lima. Ia bekerja di sana sebagai seorang tukang masak di restoran yang ada di hotel itu. Ia sangat bahagia. Ia mensyukuri kebaikan Tuhan atas keberhasilannya itu. Baginya, ini bukan hasil kerjanya melulu. Ini campur tangan Tuhan atas dirinya. Mengandalkan kekuatannya sendiri, ia tidak mungkin meraih cita-citanya.

Sahabat, banyak orang sering lupa akan kebaikan Tuhan. Mereka merasa bahwa keberhasilan yang mereka capai adalah karya dan usaha mereka sendiri. Jerih payah mereka telah mengantar mereka meraih kebahagiaan dalam hidup ini. Akibatnya, banyak orang menjadi sombong. Orang tidak mau lagi mensyukuri kebaikan Tuhan yang telah memberi mereka segala-galanya untuk hidup ini.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk selalu terbuka akan penyelenggaraan Tuhan. Hidup kita ini melulu karena kebaikan Tuhan. Andaikan Tuhan tidak memberi kita rahmat demi rahmat, kita tidak akan hidup. Kita tidak punya semangat untuk meneruskan perjalanan hidup ini. Kita menjadi manusia yang hidup tanpa arah.

Karena itu, yang dibutuhkan dari kita adalah suatu sikap syukur yang terus-menerus kepada Tuhan. Caranya adalah membiarkan Tuhan berkarya dalam diri kita. Kita memberi kesempatan kepada Tuhan untuk senantiasa menuntun arah hidup kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin bermakna.

Memang, ada berbagai godaan yang menghadang hidup kita. Ketika kita ingin tetap setia kepada Tuhan, ada saja yang menggoda kita untuk meninggalkan Tuhan. Kita ditarik oleh godaan itu untuk berjuang sendirian. Untuk itu, kita mesti yakin bahwa Tuhan ingin menuntun dan memelihara hidup kita. Mari kita arahkan hidup kita senantiasa kepada Tuhan. Dengan demikian, kita mengalami sukacita dan damai dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.