Pages

11 Desember 2013

Mengandalkan Kuasa Tuhan dalam Hidup


Seberapa besar Anda menyerahkan hidup Anda ke dalam kuasa Tuhan? Sebesar nyali Anda? Atau Anda mudah mengandalkan kemampuan diri Anda?

Ada seorang perempuan yang sedang mengalami ketakutan yang luar biasa. Di hadapannya ada sekawanan perampok yang hendak menerjang dirinya. Ia mengerutkan tubuhnya. Tubuhnya bergetar kencang. Para perampok itu mengancam akan menghabisi nyawanya, kalau ia tidak menyerahkan satu butir emas dalam genggamannya.

Mata para perampok itu membelalak. Tetapi meski takut, perempuan itu tidak mau menyerahkan emas itu. Baginya, emas itu tanda kehadiran sang suaminya. Ia sadar, kalau ia serahkan emas itu, hilanglah kekuatannya. Ia tidak akan berdaya sama sekali. Karena itu, meski terancam nyawanya, ia tetap bertahan.

Sebutir emas itu punya makna yang sangat mendalam. Sebelum meninggal, suaminya berpesan agar ia menggunakan sebutir emas itu untuk membesarkan anak-anaknya. Ketika ia butuh uang untuk membiayai sekolah anak-anaknya, ia mesti menggadaikannya. Ia tidak boleh menjualnya atau sebutir emas itu tidak boleh hilang dari genggamannya. Kalau sampai ia jual sebutir emas itu atau emas itu hilang, ia akan kehilangan semua kekuatannya.

Karena itu, perempuan itu tetap mempertahankan sebutir emas itu dalam genggamannya di bawah ancaman para perampok. Ia tidak ingin kehilangan emas itu. Ia tidak ingin kehilangan kekuatannya. Ia tidak ingin mengingkari kesetiaannya kepada suaminya. Ia berjuang untuk mempertahankannya. Ia melawan para perampok itu. Gerombolan perampok itu pun menyerah, karena suara perempuan itu mengundang kehadiran polisi.

Sahabat, manusia sering merasa lemah dalam hidupnya. Manusia merasa tidak punya daya. Untuk itu, yang dibutuhkan adalah kekuatan dari luar dirinya. Bagi manusia beriman, kekuatan dari luar diri adalah kekuatan yang ilahi. Kita menyebutnya Tuhan yang mahapengasih dan mahapengayang. Dia memberikan kekuatan yang luar biasa kepada kita. Tuhan seperti sebutir emas dalam genggaman kita yang memberi kita kekuatan luar biasa untuk bertahan dari marabahaya.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa perempuan itu mengandalkan kekuatan yang sangat berharga bagi dirinya. Sang suami begitu berharga bagi diri dan seluruh hidupnya. Karena itu, ia berusaha untuk mengikuti nasihat sang suami. Ia tidak ingin kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya.

Tentu saja orang beriman senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan itu jauh lebih berharga daripada bongkahan-bongkahan emas. Namun sering manusia mengabaikan Tuhan dalam hidupnya. Manusia lebih memilih kepentingan dirinya sendiri. Manusia lebih mengandalkan kekuatannya sendiri. Akibatnya, berjuang sendirian. Ketika manusia terjebak dalam duka nestapa, baru manusia sadar untuk kembali kepada Tuhan.

Karena itu, kita mesti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kita mesti menyadari keterbatasan diri kita. Kita merendahkan diri kita kepada Tuhan, agar Dia memberi kita kemampuan untuk menjalani hidup ini dengan hati yang riang gembira. Mari kita berjuang bersama Tuhan dalam hidup ini. Dengan demikian, kita menemukan hidup yang penuh sukacita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO


1005

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.