Pages

19 Desember 2013

Kesombongan Membawa Kegagalan

 

Pernahkah Anda mengalami kejatuhan karena kesombongan? Mungkin banyak dari Anda yang pernah mengalami hal ini. Nah, apa yang Anda lakukan ketika mengalami hal ini? Tentu Anda ingin mengubah situasi hidup Anda.

Suatu hari, seorang bapak tampak sangat murung. Soalnya adalah usaha-usahanya terbengkalai. Sudah tidak ada apa-apanya lagi. Padahal dulu ia sangat berhasil. Ia menjadi andalan bagi begitu banyak orang. Ia menjadi sandaran bagi kehidupan masyarakat di desanya.

Kepada istrinya, ia berkata, “Ini akibat kesombongan saya. Ketika berada di puncak kejayaan, saya lengah. Saya merasa tidak ada lagi yang menyaingi usaha-usaha saya.”

Istrinya hanya diam. Ia tidak mau menambah perih pedih batin suaminya. Ia sadar bahwa kesombongan telah menggerogoti seluruh usaha dan hidup mereka. Ketika mereka sedang berada pada puncak kejayaan, berbagai nasihat tidak pernah mereka gubris. Bahkan orang-orang yang memberi masukkan dan nasihat itu dianggap bodoh dan tidak berguna.

Sekarang, bapak itu merasa seolah-olah ditinggalkan semua orang. Hanya istrinya yang setia mendampinginya dalam kondisi seperti itu. Ia mendapatkan kekuatan. Ia bertekad untuk kembali memulai usaha-usahanya. Ia sadar bahwa ia mesti mendengarkan nasihat-nasihat sesamanya. Ia tidak ingin mengandalkan kesombongan dan keangkuhannya lagi.

Sahabat, sebab terbesar dari kegagalan manusia adalah kesombongan. Manusia yang sombong biasanya menutup telinganya terhadap berbagai nasihat dari orang lain. Orang yang sombong biasanya menganggap remeh kekuatan orang lain. Orang sombong merasa diri menguasai segala-galanya. Akibatnya ia lengah. Ia tidak mampu membaca tanda-tanda zaman. Ia tidak mampu melihat pesaing-pesaing baru di sekitarnya.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa orang mesti memiliki suatu integritas kepribadian. Artinya, orang yang mampu menerima setiap bentuk nasihat atau kritik atas dirinya. Kritik atau saran dilihat sebagai sesuatu yang membangun diri dan kemajuan dirinya. Bukan sebagai sesuatu yang menghancurkan dirinya. Justru ketika orang menolak kritik atau saran biasanya cepat atau lambat akan menemukan kegagalan dalam hidup ini.

Kita mengenal ada istilah ilmu padi yang makin berisi makin merunduk. Artinya, orang yang memiliki sesuatu yang banyak itu mesti memiliki kerendahan hati yang lebih mendalam. Dengan kerendahan hati itu, ia dapat memberi hasil yang melimpah kepada sesamanya. Bagai padi yang bulirnya penuh berisi, ia mampu membahagiakan sesamanya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk memiliki kerendahan hati. Dalam situasi kerendahan hati itu, orang akan menemukan hidup ini menjadi lebih bermakna. Orang mudah mendengarkan sesamanya. Orang mudah menjalin bersahabatan yang tulus dengan sesamanya.

Mari kita berusaha untuk hidup bersahaja dan rendah hati. Bagi kita, hidup ini semakin bermakna ketika kita mampu mendengarkan nasihat atau kritik yang membangun dari sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1013

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.