Pages

04 Desember 2013

Meninggalkan Egoisme demi Kesetiaan




Apa yang akan Anda lakukan untuk mempertahankan kesetiaan Anda?

Shep adalah seekor anjing yang mengikuti tuannya tercinta ke mana-mana. Ketika tuannya pergi ke ladang yang luas, Shep tetap mengikutinya. Saat tuannya terperosok ke dalam jurang, Shep berusaha membantunya. Caranya dengan menggonggong sekuat-kuatnya, sehingga orang-orang yang lewat dapat membantu tuannya itu.

Ketika tuannya meninggal pada tahun 1936, Shep mengikuti peti mati tuannya ke stasiun kereta api di Fort Benton, Montana, Amerika Serikat. Ketika mereka menolaknya untuk ikut dalam kereta, Shep menunggu di halaman stasiun. Ia menunggu tuannya kembali. Selama enam tahun, Shep memeriksa setiap kereta yang tiba di stasiun untuk mengecek apakah tuannya telah kembali. Tetapi sang tuan tidak pernah kembali lagi.

Tragisnya, Shep ditabrak oleh kereta api yang lewat pada tahun 1942. Kesetiaan itu berakhir dengan kematian. Untuk mengenang kesetiaan anjing ini, dibangun sebuah patung perunggu besar untuk dirinya di sebuah taman kecil di dekat sebuah sungai. Di tugunya ada prasasti kecil dengan tulisan, "Forever Faithful", kesetiaan selama-lamanya.

Sahabat, kesetiaan tidak diraih dalam waktu yang singkat. Kesetiaan itu diraih melalui suatu proses. Ada pengalaman jatuh dan bangun dalam membangun kesetiaan yang kokoh kuat. Ada pengalaman pahit dan manis dalam mengarungi kesetiaan. Ketika orang jatuh ke dalam ketidaksetiaan, orang akan mengalami kegetiran dalam hidup. Orang mengalami hidup ini hampa, karena orang merasa mengkhianati kesetiaannya.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tetap bertahan dalam kesetiaan. Anjing itu tidak melupakan kebaikan tuannya. Ia setia demi memiliki relasi yang tetap baik dengan sang tuan. Ia tidak peduli akan panas dan dingin yang dihadapinya. Yang penting adalah berjumpa dengan sang tuan yang pernah mengasihinya itu.

Kesetiaan itu menuntut korban dari manusia. Orang yang setia mesti meninggalkan egoismenya. Ketika seseorang dililit oleh egoismenya, kesetiaannya tidak bisa diandalkan. Orang seperti ini biasanya hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia menuntut orang lain untuk setia kepadanya. Ia tidak ingin orang lain mengkhianati kesetiaannya. Tetapi saat orang menuntut kesetiaannya, ia tidak mampu mempertahankannya. Ia mudah meninggalkan kesetiaannya itu. Mengapa? Karena ia hanya mau keinginan dirinya terpenuhi.

Karena itu, orang beriman mesti berusaha untuk tetap memiliki kesetiaannya. Komitmen yang telah dibuat dalam membangun relasi yang lebih dalam mesti selalu dipegang. Orang mesti berani berkorban demi mempertahankan kesetiaan itu. Hanya dengan berkorban, orang mampu bertahan dalam kesetiaan pada sesama dan komitmen yang telah dibuatnya.

Pengkhianatan hanya akan meninggalkan luka yang dalam bagi sesama yang telah begitu dekat dengan kita. Mari kita berusaha untuk senantiasa setia kepada sesama dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT


997

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.