Pages

14 Desember 2013

Memiliki Solidaritas bagi Yang Miskin



Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda berhadapan dengan sesama Anda yang miskin tak berdaya? Anda meninggalkan dia berjuang sendirian? Atau Anda mau mengulurkan tangan baginya?

Sebuah Rumah kebun yang berlokasi di Jalan Latenri Dolo, Kelurahan Pattirosompe, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan itu ukurannya hanya 5x6 meter. Namun siapa menyangka, di dalamnya hidup sepasang suami istri dengan 12 anak.

Diberitakan oleh Kompas.com beberapa waktu lalu, hidup keluarga ini jauh dari layak. Bahkan untuk bertahan hidup, Pance, sang kepala keluarga, harus bekerja serabutan. Salah satunya adalah membersihkan kebun warga dengan upah Rp 10.000 per kebun.

Sambil menggoyang-goyang salah satu bayinya yang masih terus menangis di ayunan, Pance berkata, "Cuma Rp 10.000 satu kebun, biar luas atau kecil tetap Rp 10.000."

Tak hanya Pance, beberapa anaknya yang sudah beranjak besar ikut membantu keluarga dengan menjadi penggembala kambing. Semua anak Pance harus putus sekolah untuk membantu perekonomian keluarga. Terlebih sejak jatah bantuan beras miskin (raskin) dihentikan.

Tentang beras miskin, Pance berkata, "Oh kalau soal raskin itu memang sudah tiga bulan tidak ada. Saya juga tidak tahu apa sebabnya.”

Sementara, sebagian lain anak Pance yang masih balita, hanya bisa berkeliaran di atas rumah panggung yang terbuat dari kayu. Beberapa anak tampak tak mengenakan baju dan bermain dengan keadaan telanjang.

Sebenarnya, dulu Pance adalah pengemudi becak motor (bentor). Namun pascakecelakaan lalulintas yang dialami Pance, kini pemilik bentor tersebut enggan menyewakan angkutan tersebut kepada Pance.

Tentang becak motor itu, Nani, istri Pance, berkata, "Dulu suamiku tukang bentor, tapi sudah tabrakan. Jadi yang punya bentor kasih orang lain untuk bawa bentornya."

Sahabat, kemiskinan selalu mendera hidup manusia. Ada banyak sebab seseorang menjadi miskin. Ada yang miskin karena kehidupan sosial ekonomi yang berat. Untuk makan tiga kali sehari saja mereka tidak mampu menyediakannya. Mereka bekerja keras, tetapi hasil yang mereka peroleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Kisah di atas menjadi salah satu contoh bagi kehidupan kita. Kemiskinan membahayakan kehidupan. Kemiskinan itu membuat martabat manusia kehilangan maknanya. Untuk itu, yang mesti dilakukan adalah upaya-upaya untuk mengatasi kemiskinan itu. Dibutuhkan suatu solidaritas kemanusiaan. Solidaritas antarmanusia, bukan hanya diserahkan kepada pihak-pihak tertentu untuk memiliki solidaritas terhadap mereka yang miskin itu.

Di tingkat nasional, dibutuhkan pertobatan massal. Korupsi mesti dihentikan, karena uang untuk kebutuhan masyarakat yang lebih luas hanya dinikmati oleh sejumlah kecil orang. Masyarakat yang lemah dan tak berdaya menjadi korban atas perbuatan jahat korupsi itu. Korupsi itu suatu bentuk penyangkalan terhadap martabat manusia. Mengapa? Karena manusia itu makhluk sosial, tetapi orang hanya mementingkan egoismenya saja. Orang tidak memikirkan sesamanya yang sedang berkesusahan.

Orang beriman tentu akan membuang jauh-jauh egoisme yang bercokol dalam dirinya. Artinya, orang beriman memiliki kepedulian terhadap sesamanya yang miskin dan menderita. Orang beriman mencintai sesamanya, karena Tuhan senantiasa mencintai dirinya. Mari kita lepaskan egoisme kita demi hidup yang lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO

1008

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.