Apa yang akan Anda lakukan, ketika Anda berusaha untuk merebut kebahagiaan? Anda memusatkan segala usaha pada diri Anda? Atau Anda berusaha untuk memusatkan perhatian pada Tuhan yang mahabaik?
Suatu hari seorang pemuda pergi ke tempat ibadat. Ia berusaha untuk tiba pada waktunya. Ia membawa serta blackberry kesayangannya. Ia berpikir, nanti kalau pemimpin ibadat berkotbah, ia bisa bbm. Ia bisa gunakan kesempatan itu untuk berkontak dengan teman-temannya.
Benar, saat tiba giliran pemimpin ibadat berkotbah, ia bbm. Dengan asyik ia memencet-mencet blackberrynya. Ia merasa senang. Ia merasa bahagia bisa berkontak dengan teman-temannya. Komunikasi bisa berjalan dengan baik, meski ia sembunyi-sembunyi saja melakukannya. Ia menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
Sayang, damai dan bahagia hanya sesaat ia peroleh dari bbm yang ia gunakan selama kotbah pemimpin ibadat itu. Seorang pencopet telah merampas blackberry miliknya. Rupanya pencopet itu menyusup di tengah-tengah jemaat yang sedang beribadat itu. Pemuda itu sangat kesal atas ulah pencopet itu. Ia heran, mengapa ada pencopet yang pura-pura ikut beribadat. Padahal ia ingin menikmati dua kegiatan sekaligus, yaitu mendengarkan kotbah dan bermain bbm. Ia ingin dua hal itu sungguh-sungguh ia gunakan dalam waktu yang sempit.
Sahabat, kita ingin melakukan berbagai kegiatan dalam waktu bersamaan. Seolah-olah kita ini manusia yang super. Kita ingin berhasil dalam hidup ini dengan melakukan banyak hal. Kita ingin bahagia dalam hidup dengan berbagai hal itu. Sayang, keinginan kita sering tidak tercapai. Kita gagal dalam hidup ini. Kita menjadi tidak bahagia.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa memusatkan perhatian pada suatu titik itu menjadi sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini. Orang yang fokus akan mengalami damai dan bahagia dalam hidup ini. Orang yang focus itu lebih banyak suksesnya. Orang tidak bisa melakukan banyak hal secara serabutan. Orang mesti berani memilah-milah, mana yang baik untuk dilakukan untuk kebahagiaan dirinya dan sesamanya.
Fokus hidup orang beriman adalah Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Sering manusia lupa akan hal ini. Manusia sering merasa bahwa pusat perhatian hidupnya adalah kebahagiaan dirinya sendiri. Ternyata tidak. Pusat perhatian manusia mesti ditempatkan pada diri Tuhan yang senantiasa menemani perjalanan hidup manusia.
Karena itu, yang dibutuhkan dari manusia beriman adalah hati yang senantiasa terarah kepada Tuhan. Hati yang selalu berdegup bagi kehadiran Tuhan dalam hidup manusia. Tentu saja hal ini tidak mudah terjadi. Mengapa? Karena manusia ingin mencari kebahagiaannya sendiri. Manusia ingin memenuhi keinginan dirinya. Egoisme manusia begitu kuat, sehingga selalu cenderung untuk memenuhi kesenangannya sendiri.
Mari kita berusaha untuk memusatkan perhatian kita pada Tuhan. Dengan cara demikian, kebahagiaan Tuhan senantiasa mengalir ke dalam hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Majalah FIAT
994
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.