Sebagai orang beriman, masihkah Anda punya harapan kepada Tuhan di saat-saat krisis hidup menimpa Anda? Atau Anda putus harapan, karena merasa Tuhan tidak bisa Anda andalkan lagi?
Seorang anak yang tumbuh dewasa mengatakan bahwa menjadi anak yang dibanggakan orangtua bukanlah impiannya. Hal itu membawa beban bagi dirinya. Di mata saudara-saudaranya, ia memilki masa kecil yang cukup enak dibandingkan mereka. Memang harus diakui, ia adalah anak yang jarang sekali dimarahi oleh orangtuanya. Hal ini wajar, karena ia memang selalu membanggakan mereka. Dari SD hingga SMP, ia selalu memiliki rapor yang bagus. Ia juga termasuk anak rumahan.
Namun masuk SMA, ia mulai sedikit "memberontak" terhadap orangtuanya. Ia yang dulunya suka membaca buku pelajaran pada saat di rumah, tidak ia lakukan lagi. Bahkan agar orangtuanya tidak membanggakan dirinya di depan orang lain atau keluarga besarnya, ia dengan sengaja membuat nilai-nilai mata pelajaran saat kelas 1 SMA cukup jelek. Namun, usahanya itu tidak berhasil.
Meski orangtuanya kecewa dengan hasil rapornya, tetapi mereka tetap menaruh harapan besar kepadanya. Orangtuanya tetap berharap, agar ia dapat membawa keharuman bagi keluarganya. Setelah lama berpikir tentang hal itu, ia menghentikan pemberontakannya. Harapan orangtuanya terlalu indah untuk dilenyapkan. Ia mulai bangkit lagi dari kelesuannya. Di kelas dua, nilai-nilai rapornya sangat baik. Kedua orangtuanya pun merasa bangga atas pencapaiannya itu. Ia capai semua itu berkat ketekunannya.
Sahabat, mengharapkan yang terbaik dari orang yang kita cintai itu sangat wajar. Apalagi harapan itu bukan sesuatu yang jelek. Kita mengharapkan hal-hal yang indah dan baik bagi orang-orang yang kita cintai. Misalnya, sukses meraih cita-cita. Sukses mendapatkan pekerjaan yang baik dan menjanjikan masa depan yang cerah.
Kisah anak di atas menjadi suatu motivasi bagi kita bahwa apa yang kita buat itu juga diharapkan oleh orang lain. Kebaikan yang kita lakukan setiap hari itu tidak hanya untuk diri kita sendiri. Banyak orang sedang menantikan kebaikan kita itu mengalir juga bagi hidup mereka. Karena itu, kita tidak boleh menutup diri terhadap harapan yang begitu besar dalam diri sesama kita. Kita pelihara harapan mereka itu dengan melakukan hal-hal yang baik bagi hidup bersama.
Karena itu, yang kita butuhkan adalah bertanya pada diri kita sendiri: apa yang diharapkan oleh orang lain dari diri kita? Apakah orang lain mengharapkan, agar kita mati konyol karena perbuatan kita yang kurang menyenangkan? Atau orang berharap agar kita meraih sukses dalam hidup ini? Dengan demikian, kesuksesan yang kita miliki itu juga mengalir bagi hidup mereka?
Orang beriman menggantungkann harapannya pada Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik bagi hidup manusia. Tuhan tidak ingin manusia ciptaan-Nya itu binasa. Justru Tuhan senantiasa mengharapkan sukacita dan damai dalam hidup manusia. Karena itu, yang dibutuhkan adalah kita terus-menerus menaruh harapan kita pada Tuhan. Dengan demikian, hidup ini senantiasa memiliki makna yang mendalam. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1029
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.