08 Januari 2014
Memiliki Semangat untuk Setia
Tidak mudah untuk melaksanakan sesuatu yang tidak kita sukai. Banyak orang kemudian melanggar aturan-aturan umum yang berlaku. Mereka berpikir bahwa dengan melanggar aturan-aturan itu, hidup mereka akan bahagia.
Suatu hari, seorang pengendara motor melanggar (menerobos) lampu merah. Seharusnya ia berhenti, tetapi ia malah memacu motornya kecencang-kencangnya. Melihat kejadian itu, polisi langsung menghadangnya. Polisi membunyikan peluitnya lantas menyuruhnya minggir di pos polisi.
Namun orang itu tidak mau minggir. Dengan angkuh dan membunyikan motor keras-keras, ia melanjutkan aksinya dengan ngebut sekencang-kencangnya. Polisi mencatat nomor motor tersebut, lantas ia segera mengambil motornya dan mengejar pengendara itu. Sementara temannya yang lain mengontak pos polisi terdekat.
Setelah kejar-kejaran beberapa saat, polisi menangkap pengendara motor itu dengan bantuan polisi di pos terdekat yang sudah menghadang. Pengendara motor itu diperiksa oleh serombongan polisi. Ketika ditanya oleh polisi, pengendara itu menjawab, ”Peraturan itu dibuat untuk dilanggar. Kalau tidak ada pelanggaran, tidak perlu ada peraturan dan polisi. Jadi saya melakukannya dengan kesadaran penuh.”
Jawaban pengendara motor itu sangat menyakitkan hati polisi. Orang itu begitu angkuh. Ia terlalu permisif. Polisi pun mengganjarnya dengan hukuman yang berat. Satu minggu pengendara itu dimasukkan ke dalam sel. Di sana ia diberi pelajaran tentang tatakrama dalam berkendaraan di jalan umum.
Sahabat, berhadapan dengan kisah di atas kita boleh bertanya, masih perlukah orang taat di zaman sekarang ini? Kita hidup di zaman yang memberikan peluang yang sangat besar kepada kebebasan pribadi. Karena itu, ketaatan sering dianggap berlawanan dengan kebebasan. Ketaatan membuat orang tidak bebas dalam mengekspresikan diri. Untuk itu, ada upaya untuk melakukan deregulasi. Artinya, ada upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin aturan-aturan yang ada.
Kisah di di atas mau mengatakan kepada kita bahwa orang merasa terbelenggu oleh aturan-aturan yang ada. Padahal aturan itu dibuat untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia, baik pribadi maupun bersama. Bayangkan kalau pengendara itu menabrak orang yang sedang melintasi perempatan jalan? Apa yang akan terjadi? Kecelakaan besar akan menimba hidup manusia. Tidak hanya hidup pengendara motor itu saja. Tetapi mungkin banyak orang akan mengalami celaka sebagai akibat dari ulahnya itu.
Sebagai orang beriman, kita ingin taat pada aturan-aturan yang ada dengan suatu kesadaran penuh. Kita taat pada aturan-aturan yang telah dibuat itu, karena memiliki nilai yang tinggi bagi kehidupan bersama. Keharmonisan dapat terjadi melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ada.
Dalam hidup sehari-hari orang beriman tidak hanya taat pada aturan-aturan yang ada. Namun orang beriman juga berusaha taat kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Orang beriman taat kepada Tuhan bukan karena takut dihukum ketika tidak taat.
Namun orang beriman taat kepada Tuhan, karena Tuhan memberikan jalan yang terbaik bagi hidup manusia. Tuhan selalu peduli terhadap hidup manusia. Karena itu, mari kita memupuk ketaatan dalam hidup kita. Dengan demikian, kita menjadi orang-orang yang berguna bagi Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.