Kebaikan Tuhan tak mengenal batas. Ini yang kita alami dalam hidup sehari-hari. Tuhan senantiasa melimpahi kita dengan berbagai rahmat yang membuat hidup kita semakin baik hari demi hari. Namun ada orang yang tidak mau berterima kasih atas kebaikan Tuhan itu. Mereka merasa hidup bahagia yang mereka alami itu adalah usaha dari diri mereka sendiri.
Waktu saya masih kecil, saya sering pergi dengan ayah saya ke kebun. Di sana berbagai hal kami kerjakan bersama. Atau lebih tepat, saya belajar banyak hal dari ayah saya. Suatu sore, ayah saya memanjat pohon kelapa yang berada di pinggir tebing. Sebelum naik, ia berdoa terlebih dahulu. Tinggi pohon kelapa itu sekitar 25 meter.
Yang membuat saya takut adalah angin kencang berhembus dari lembah. Pohon kelapa itu diterpa oleh angin senja. Ayah saya sudah hampir sampai di atas pohon. Sontak saja saya berteriak ketakutan. Namun ayah saya tidak peduli. Ia tetap memanjat hingga memetik buah-buah kelapa yang sudah tua itu. Setelah menurunkan semua kelapa yang sudah tua itu, ia turun.
Setelah mengumpulkan kelapa-kelapa itu, ia berkata kepada saya, “Nak, waktu ayah di atas pohon kelapa, kamu tidak usah berteriak-teriak. Ayah dengar suaramu. Tetapi ayah tidak peduli. Soalnya, ayah sudah berdoa sebelum naik pohon kelapa itu. Jadi ayah percaya, Tuhan akan melindungi ayah.”
Saya tercengang mendengar kata-kata ayah. Ia begitu yakin akan perlindungan Tuhan. Ia menyerahkan keselamatan dirinya kepada Tuhan. Baginya, Tuhan itu menyelenggarakan hidup ini, sehingga ia mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Karena itu, setiap kali ia memulai suatu pekerjaan, ia selalu berdoa terlebih dahulu.
Sahabat, banyak orang mengaku sebagai orang beriman. Namun mereka sering lupa bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap hidup manusia. Ada orang-orang yang tidak bisa mengintegrasikan antara hidup keimanan dan hidup sehari-hari. Bahkan ada orang yang memisahkan keduanya. Padahal Tuhan hadir dalam setiap detik hidup manusia.
Karena itu, apa yang mesti dibuat oleh orang beriman? Yang mesti dibuat oleh orang beriman adalah menyatukan antara yang ilahi dan yang insani. Yang ilahi bukanlah suatu kutub yang bertentangan dengan yang insani. Ketika kita melakukan doa atau meditasi, kita menyertakan yang ilahi dalam hidup manusia sehari-hari. Tuhan ingin hidup bersama manusia. Tuhan ingin manusia menerima kehadiranNya dalam diri manusia.
Untuk itu, manusia mesti membuka hatinya lebar-lebar bagi kehadiran Tuhan. Tuhan yang hadir dalam diri manusia itu menguatkan dan memberi semangat kepada manusia untuk perjalanan hidupnya di dunia ini. Tuhan ingin mengalami suka dan duka hidup manusia. Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu memampukan manusia untuk senantiasa melakukan hal-hal yang baik.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan yang baik. Namun doa kita itu bukan hanya memohon, tetapi juga bersyukur atas kebaikanNya. Tuhan memberi apa yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari.
Mari kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, kita menjadi orang-orang yang berkenan kepada Tuhan. Kita menjadi orang-orang yang kudus di hadapan Tuhan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1018
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.