Pages

14 Januari 2014

Berusaha Hidup Ugahari


Beberapa waktu lalu (tahun 2009) media-media massa memberitakan pembelian mobil baru untuk para menteri kabinet bersatu jilid 2. Harga mobil itu tidak main-main, yaitu satu koma tiga milyar rupiah. Mobil dengan merek super Soluna Syaloom itu menjadi barang mewah yang membantu pekerjaan para menteri yang belum genap seratus hari bekerja.

Menurut berita yang diperoleh, kehadiran kendaraan mewah itu untuk meningkatkan kinerja para pembantu dekat presiden itu. Karena itu, mereka membutuhkan kendaraan yang lebih baik, meski kendaraan sebelumnya, Toyota Camry itu masih layak pakai.

Tentu saja pembelian mobil mahal tersebut disambut protes oleh berbagai kalangan. Pasalnya, pembelian mobil mewah itu tidak mengindahkan krisis yang dihadapi bangsa saat ini. Ada begitu banyak orang miskin. Ada 37 juta lebih orang miskin di negeri ini yang butuh makanan, pakaian, perumahan dan pendidikan yang memadai. Menurut orang-orang yang protes itu, situasi kemiskinan ini dulu yang mesti diatasi. Bukan membeli mobil baru untuk para pejabat negara yang sudah mapan itu.

Menurut perhitungan, sebuah mobil seharga satu koma tiga milyar itu dapat digunakan untuk membangun tiga sekolah baru. Kalau uang itu digunakan untuk membangun tiga sekolah, tentu saja keprihatinan kita di bidang pendidikan akan dapat teratasi. Tidak perlu lagi ada anak bangsa ini yang masih buta huruf, karena tidak sekolah. Menurut perhitungan, uang sejumlah itu sudah dapat membiayai 23 ribu anak-anak sekolah tingkat SMP untuk SPP satu bulan. Tetapi mengapa uang sejumlah itu digunakan untuk membeli mobil pejabat?

Sahabat, kemewahan hidup bukan merupakan sesuatu yang asing lagi di negeri ini. Di saat digembar-gemborkan slogan hidup hemat, ternyata ada sejumlah kalangan yang menikmati hidup mewah. Ada upaya untuk mengabaikan slogan itu. Atau slogan yang begitu indah itu hanya dijadikan sebuah ucapan di bibir saja. Tidak bermakna bagi hidup sehari-hari.

Akibatnya jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar. Mereka yang kaya akan semakin kaya. Sedangkan mereka yang miskin akan semakin miskin. Mengapa? Karena baik yang kaya maupun yang miskin memiliki kewajiban-kewajiban yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di hadapan hukum semua warga negara diperlakukan sama.

Karena itu, ketika seorang pejabat negara melakukan korupsi besar-besaran semestinya hukumannya lebih besar daripada seorang Nenek Minah yang mencuri tiga buah kakao. Namun yang terjadi adalah bahwa para koruptor itu sulit sekali ditangkap untuk diadili sesuai dengan hukum di negeri ini. Kalau toh ditangkap dan diadili, proses pengadilannya berbelit-belit. Tidak sesederhana yang dipikirkan oleh banyak orang. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?

Karena itu, orang beriman mesti memiliki hati nurani yang baik. Orang mesti memiliki kekuatan untuk memilah-milah mana yang semestinya digunakan dalam hidup ini, mana yang tidak. Barang mewah mana yang semestinya dipakai untuk kelancaran hidup dan mana yang tidak. Dengan demikian, orang tidak terjerat oleh suatu kehidupan yang menghambur-hamburkan kekayaan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1022

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.