Pages

27 Januari 2014

Mengosongkan Diri bagi Rahmat Tuhan




Setiap kita pasti pernah mengalami kekurangan. Bagaimana kita berusaha untuk mengatasi kekurangan kita itu? Tentu saja setiap kita punya cara masing-masing untuk mengatasi kekurangan diri kita. Ada yang saling belajar dalam cara mengatasi kekurangan dirinya. Ada yang maunya cari cara sendiri.

Ada seorang pengajar (Lao Tze) yang mendasarkan pemikirannya pada peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya dari alam. Menurutnya, alam memberikan pencerahan yang begitu luas bagi hidup manusia. Karena itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan kebaikan-kebaikan dari alam itu.

Kepada murid-muridnya, ia berkata, “Anda tidak bisa mengisi sebuah mangkuk dengan air, jika Anda tidak mengosongkannya terlebih dahulu.”

Sahabat, banyak orang ingin hidup dalam kelimpahan demi kelimpahan. Namun sering orang bingung bagaimana mengisi kelimpahan itu. Orang beranggapan bahwa orang mesti mempertahankan apa yang telah dimilikinya sekuat-kuatnya. Akibatnya, orang menjadi kikir atau pelit. Ketika sesamanya membutuhkan bantuan, mereka diam saja. Tidak mau menggerakkan tangannya untuk memberi sesamanya apa yang dibutuhkannya.

Orang merasa bahwa kalau melepaskan apa yang dimiliki itu orang akan kehilangan. Orang tidak punya apa-apa lagi. Akibatnya, orang menumpuk kekayaan hanya untuk dirinya sendiri. Orang tidak rela berbagi dengan sesamanya. Orang membiarkan dirinya dikuasai oleh egosime dan kepentingan dirinya sendiri.

Falsafah yang ditampilkan oleh Lao Tze di atas menjadi suatu inspirasi bagi kita. Kalau kita tidak mengosongkan diri kita sendiri, kita tidak mampu menampung rahmat demi rahmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Dalam kondisi hati yang tertutup rapat oleh egoisme, rahmat Tuhan sulit menembus diri kita.

Ketika seseorang mengosongkan dirinya dari kesombongan dan egoisme, rahmat Tuhan dengan mudah menetap di dalam dirinya. Rahmat Tuhan dengan leluasa bekerja di dalam dirinya. Dengan demikian, damai dan sukacita menjadi bagian dari hidup orang itu. Orang dikuatkan oleh rahmat Tuhan itu. Orang dikuasai oleh Tuhan. Ketika orang hidup dalam kuasa Tuhan, orang mengalami Tuhan begitu baik. Tuhan menyapa dan membuat dirinya hidup dengan baik.

Untuk itu, orang beriman mesti memiliki hati yang siap sedia untuk senantiasa menerima rahmat Tuhan bagi hidupnya. Orang mesti berani mengosongkan dirinya dari kesombongan, iri hati dan egoisme. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin indah dan berguna bagi sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1035

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.