Pages

22 Januari 2014

Berkat Sebuah Ucapan Syukur



Pernahkah Anda mensyukuri kebaikan Tuhan saat Anda mengalami sukacita dan bahagia? Atau Anda merasa syukur itu tidak perlu diucapkan, karena Tuhan sudah mulia di surga?

Seorang ibu bercerita bahwa saat ia mengantarkan anaknya yang paling kecil ke tempat tidur, dia memanjatkan sebuah doa yang sangat indah. Padahal anaknya itu paling sulit untuk disuruh berdoa.

Anak itu berdoa, “Terima kasih Tuhan untuk kakak saya, ibu saya, ayah saya, rumah saya, teman-teman saya… dan terutama untuk tempat tidur saya.”

Dia menyampaiakan doa syukurnya atas banyak hal yang ia miliki malam itu selama 10 menit. Setelah ia selesai berdoa, ibu menciumnya. Sang anak mengucapkan selamat malam kepada mamanya. Lantas ia pun memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian ia terlelap dalam mimpi-mimpi malamnya.

Ibu itu tetap was-was. Beberapa waktu kemudian, ia melongok ke kamar anaknya itu. Ternyata sang anak tidur dengan sangat nyenyak. Tidak ada gangguan sama sekali. Anak itu telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ia telah mensyukuri kebaikan Tuhan bagi hidupnya. Kebaikan Tuhan itu hadir dalam diri orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sahabat, pernahkah kita mengucapkan syukur atas kebaikan Tuhan bagi hidup kita? Bukankah kita mengucap syukur hanya di saat-saat kita meraih kesuksesan? Tetapi di saat-saat kita mengalami duka nestapa, kita lebih mudah menyalahkan Tuhan? Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena iman kita kurang berakar dalam diri Tuhan. Iman kita masih tertuju pada keuntungan diri kita sendiri alias masih ada pamrih.

Kisah tadi menampilkan suatu bentuk iman yang begitu polos dari seorang anak kecil. Ia percaya bahwa Tuhan yang ia imani itu senantiasa menjaga dirinya. Ia tidak kuatir saat menutup matanya rapat-rapat, sebab pada saat itu pula Tuhan melindunginya. Tuhan menyertai tidur malamnya yang lelap itu.

Karena itu, kita mesti menambah keteguhan iman kita kepada Tuhan. Beriman berarti kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Kita membiarkan Tuhan menguasai seluruh hidup kita. Kita mempercayakan hidup kita kepada kuat kuasanya Tuhan.

Seorang bijaksana berkata, “Serahkanlah kekuatiranmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau!”

Yang kita butuhkan dalam hidup ini adalah tidak mengizinkan kekuatiran, ketakutan dan egoisme kita mencuri berkat dari Tuhan. Kita mesti membiarkan berkat Tuhan yang begitu berlimpah atas kita menguasai diri kita. Sebaliknya, kita mesti mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan dengan ucapan syukur.

Di saat banyak orang sulit mensyukuri kebaikan Tuhan, mari kita bersyukur atas kebaikan Tuhan. Dengan demikian, hidup ini semakin bermakna. Kita mengalami Tuhan hadir dalam setiap detik hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1027

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.