Beberapa waktu lalu, negeri kita dibanjiri oleh berbagai bencana alam. Ada gempa dahsyat yang menimpa manusia. Ada letusan gunung berapi yang memaksa manusia untuk mengungsi. Ada banjir bandang dan tsunami yang mengancam nyawa manusia. Lantas ada juga tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 milik Rusia.
Berhadapan dengan situasi seperti ini, apa yang Anda mau buat bagi sesama yang menderita? Masihkah hati Anda mudah tergerak oleh penderitaan sesama Anda?
Tanggal 12 Desember 1992 lalu gempa besar menggoncang Kota Maumere, Flores dan sekitarnya. Gempa besar itu disusul oleh tsunami yang melululantakkan Pulau Babi. Dua ribu lebih orang meninggal dunia. Banyak orang hidup dalam ketakutan akan gempa susulan.
Bayangkan, banyak rumah roboh dan hancur berantakan. Kepanikan luar biasa menimpa diri manusia. Mereka tidak tahu mau lari ke mana. Mereka tidak tahu mau buat apa. Ada yang memutuskan untuk tidak lari ke mana-mana.
Hari-hari sebelum peristiwa tragis itu, tidak ada tanda-tanda. Orang hidup biasa saja dalam rutinitas mereka. Apa yang akan terjadi dalam hidup manusia, tidak pernah ada yang tahu. Orang tidak tahu kalau akan terjadi gempa atau badai dalam dirinya. Kadang-kadang semua peristiwa itu berada di luar nalar manusia.
Namun yang terjadi sesudah suatu bencana alam adalah tumbuhnya solidaritas dalam hidup manusia. Terlepas dari tulus tidaknya solidaritas itu, kita menyaksikan adanya hati yang mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain. Orang tidak ingin membiarkan sesamanya terpuruk dalam penderitaan.
Karena itu, tangan-tangan baik terus-menerus mengulur bagi sesama yang menderita. Tidak peduli apakah sesama itu dikenal atau tidak. Yang penting adalah sesama itu mendapatkan pengharapan untuk bangkit dari keterpurukannya itu. Keberpihakan hadir dalam diri manusia. Hasilnya adalah semangat juang tumbuh dalam diri para korban bencana alam itu.
Sahabat, apa yang dibutuhkan manusia dalam situasi mencekam atau krisis? Yang dibutuhkan adalah kita mampu menaruh kepercayaan kita pada orang lain. Kita percaya bahwa kita tidak sendirian dalam hidup ini. Masih ada orang lain yang siap mengulurkan tangan bagi hidup kita. Masih ada senyum yang tertuju kepada kita, saat kita mengalami duka nestapa ini. Masih ada hati yang mudah tergerak untuk krisis yang kita hadapi.
Karena itu, yang mesti kita lakukan adalah kita tidak perlu cemas akan hidup ini. Tuhan mengatakan, jangan cemas akan apa yang kamu makan besok. Pandanglah burung-burung di udara yang terbang kian ke mari. Mereka tidak menabur, tetapi mereka tetap mendapatkan makanan untuk hidup mereka. Tentu saja kita lebih berharga daripada burung-burung di udara. Kita diciptakan dengan akal budi yang dapat membantu kita untuk hidup lebih baik.
Tidak cemas tidak berarti kita tidak perlu berusaha lagi. Justru dalam ketidakcemasan itu ada kesempatan yang lebih besar untuk melakukan hal-hal yang besar bagi orang lain. Solidaritas terhadap orang lain menjadi lebih kuat tertanam dalam diri kita. Kalau kita punya hati yang mudah tersentuh oleh penderitaan sesama, kita mampu membantu banyak orang.
Mari kita memelihara sikap solidaritas terhadap sesama kita. Dengan demikian, hati kita tetap terbuka terhadap penderitaan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1030
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.