Sering orang merasa kurang punya waktu dan kesempatan untuk membantu sesamanya yang membutuhkan. Atau ada juga orang yang beranggapan, kalau ia membantu sesamanya ia akan kehilangan banyak. Benarkah demikian?
Seorang anak bergumul dengan dirinya sendiri. Ia ingin menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha itu bukan baru saja ia lakukan. Tetapi ia sudah melakukannya bertahun-tahun. Tidak mudah bagi dia untuk menggapai keinginannya. Soalnya adalah ada berbagai rintangan. Ada berbagai godaan yang siap mengganggu usahanya.
Untunglah, suatu hari ia bertemu dengan seorang bijak. Ia meminta nasihat kepada orang bijak itu tentang cara menggapai kebahagiaan. Orang bijak itu bertanya, “Apakah Anda suka membantu orang lain?”
Anak itu menggelengkan kepalanya. Ia mengaku, selama ini ia hanya menuntut bantuan dari orang lain. tetapi soal membantu sesama, ia tidak pernah sedikit pun melakukannya. Karena itu, orang bijak itu menasihatinya untuk mulai menggerakkan kedua tangannya membantu sesamanya.
“Kebahagiaan itu tumbuh dan berkembang, ketika Anda membantu orang lain. Kalau Anda tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan itu seperti tanaman yang harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi,” kata orang bijak itu.
Anak itu terkejut mendengar kata-kata bijak itu. Ia pun mulai menyadari sikapnya yang egois yang hanya mau dibantu oleh orang lain. Ternyata membantu orang lain itu mendatangkan kebahagiaan dalam hidup. Kebahagiaan itu terletak pada tindakan membantu sesama yang membutuhkan pertolongan.
Sahabat, banyak orang mencari dan berusaha menemukan kebahagiaan pada hal-hal yang berasal dari luar dirinya. Misalnya, punya mobil mewah, rumah mewah atau harta kekayaan yang banyak. Orang melupakan sesuatu yang sangat prinsipial, yaitu kebahagiaan itu mesti tumbuh dari hati yang jujur dan murni. Kebahagiaan itu sebenarnya tidak perlu dicari jauh-jauh. Kebahagiaan itu sudah ada. Tinggal bagaimana manusia menumbukembangkan kebahagiaan itu bagi hidupnya.
Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan kebahagiaan adalah dengan keluar dari kungkungan egoisme. Orang mesti berani meninggalkan segala kepentingannya. Orang mesti mampu hidup dalam situasi berbagi dengan sesama yang ada di sekitarnya. Hanya dengan cara ini, orang akan menemukan kebahagiaan. Justru melalui berbagi hidup itu orang mampu menemukan kebahagiaan yang sejati.
Namun apa yang ingin dibagikan itu mesti keluar dari hati yang tulus. Bukan dari hati yang penuh dengan gerutu. Ketika membantu sesama, orang mesti membantunya dengan setulus hati. Membantu sesama itu bukan hanya pertama-tama soal materi atau kekayaan. Tetapi pertama-tama membagi pengalaman hidup yang indah dan menyenangkan. Dengan cara ini, orang akan mampu membahagiakan diri dan sesamanya.
Membantu sesama itu suatu keutamaan bagi orang beriman. Dengan membantu sesama itu, orang menghayati imannya kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Kasih kepada Tuhan menjadi semakin nyata dan indah, ketika orang rela berbagi dengan sesamanya.
Mari kita berusaha terus-menerus untuk berbagi kehidupan dengan sesama. Dengan demikian, kita akan menemukan kebahagiaan sejati dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1016
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.